Tulola: Tradisi Dengan Sentuhan Kontemporer
Dari sebuah studio kecil, Tulola mengeksplorasi teknik metal working tradisional dengan pendekatan desain kontemporer yang kemudian melahirkan obyek seni menawan dan menjadi buah bibir di kalangan pecinta perhiasan dan aksesoris.
Sore itu Sri tengah disibukkan oleh beberapa urusan di studio Tulola di daerah Ketewel. Di sela-sela aktivitasnya, wanita bernama lengkap Sri Luce Rusna ini dengan ramah bercerita mengenai awal perjalanannya membangun brand Tulola tersebut.
"Tulola dimulai hanya sebagai hobi pada awalnya. Ibu saya bekerja sebagai desainer perhiasan dan saya sempat membantu beliau selama kurang lebih lima tahun. Saat itu, ibu selalu mendesak saya untuk mengerjakan sesuatu sendiri dan menciptakan outlet untuk kreativitas saya sendiri." Kenang Sri. Sang ibu, Desak Nyoman Suarti memang merupakan silversmith dan pengusaha perhiasan Bali terkemuka. Dari sang ibu lah Sri banyak belajar mengenai pembuatan perhiasan.
Baru pada tahun 2007 lah akhirnya Sri kemudian membangun studio kecil sendiri dan mulai bereskperimen dengan berbagai bentuk perhiasan. “Awalnya, saya tidak punya niat untuk membuat ini menjadi sebuah brand dan bisnis yang proper. Yang saya lakukan saat itu hanya mencoba menciptakan desain-desain perhiasan kontemporer yang banyak dipengaruhi oleh warisan budaya, terutama dalam teknik-teknik pembuatannya.” Ujarnya.
Tujuan Sri dengan studio kecil berisikan empat orang pengrajin yang membantunya saat itu adalah untuk menjaga keberlangsungan teknik-teknik tradisional tersebut namun lewat cara yang tidak lagi dianggap sebagai perhiasan etnik – namun memiliki substansi yang sama. Ia mengakui bahwa pada awalnya memang cukup sulit untuk memperkenalkan ‘gaya’ tersebut ke publik karena mereka masih menganggap semua perhiasan buatan pengrajin Bali sebagai produk etnik.
"Selalu ada titik temu antara desain tradisional dan modern. Kami suka menggabungkan keduanya." Ungkap Sri sambil mengeluarkan beberapa koleksi perhiasan yang ia desain. Jari-jarinya mengarah ke sepasang anting-anting yang berbentuk khas Bali yang terbagi dari dua bagian; depan dan belakang. "Anting-anting semacam ini disebut subeng – jenis giwang tradisional Bali. Subeng yang kami buat memiliki motif yang modern namun dengan siluet tradisional.” Jelasnya. “Dalam beberapa obyek lain, kami tetap mempertahankan fungsinya namun mengubah siluet dan motif. Saat kami memperkenalkan subeng ini di tahun 2007, tiba-tiba menjadi tren yang mendunia. Bahkan Chanel kemudian memproduksi anting-anting semacam ini setelahnya.” Lanjut Sri sambil menunjukkan berbagai bentuk subeng lainnya.
“Selalu ada titik temu antara desain tradisional dan modern. Kami suka menggabungkan keduanya.”
Subeng sendiri awalnya merupakan perhiasan khas Bali yang hanya dipakai oleh penari untuk acara adat atau keagamaan. Namun, berangkat dari keinginan Sri untuk mengeksplorasi dan menghidupkan warisan budaya dengan memberikan sentuhan modern, subeng-subeng yang diproduksi oleh Tulola diolah dengan bentuk yang lebih sederhana dan ukuran yang tidak terlalu besar sehingga dapat digunakan untuk aktivitas sehari-hari.
“Kami menyebut ini Canang Subeng. Inspirasinya dari canang atau persembahan berisi bunga-bungaan yang biasa dibawa oleh wanita Bali di atas kepalanya. Bagian bawahnya seperti keranjang anyaman, dan di atasnya bunga seperti yang biasa ada di dalam persembahan tersebut.” Jelas Sri sambil menunjukkan salah satu giwang dari koleksinya.
Jika di awal kemunculannya, Sri masih menjalankan Tulola seorang diri, kini ia telah menggandeng Happy Salma – salah satu pelaku seni terkemuka Indonesia – yang juga merupakan salah satu klien pertamanya sebagai rekan bisnis. Happy lah yang memberikan ide bagi Sri untuk membawa karya-karya desainnya dalam bentuk eksibisi di Jakarta. Dari beberapa kali eksibisi itu lah nama Tulola kemudian mulai dikenal oleh publik dan digemari oleh fashionista Jakarta yang kerap menjadi trendsetter.
“Semenjak itu, bisnis kami berkembang. Jika sebelumnya kami hanya sebuah studio desain kecil, namun dengan clientele yang semakin banyak kami telah berkembang menjadi sebuah brand perhiasan dengan kapasitas produksi yang lebih besar.” Ungkap Sri. Ia pun membeberkan bahwa pelanggan Tulola kini tidak hanya tersebar di kota-kota besar di Indonesia namun juga hingga Singapura, Malaysia, dan Filipina.