Tren Puzzle, Dari Hobi Jadi Bisnis

Geometry-Puzzle_Business.jpg

Selama masa karantina ketat di awal pandemi, banyak orang berlomba-lomba mencari kegiatan yang dapat mengisi kejenuhan berada di dalam rumah saja. Belajar berkebun dan memasak jadi ragam kegiatan yang menemani masyarakat pada umumnya. Namun, tidak semua orang punya ketertarikan lebih pada dua kegiatan tersebut. Tibalah waktunya untuk puzzle menjadi primadona di tengah pandemi. Meskipun sudah jadi produk yang familiar di kalangan masyarakat sejak lama, puzzle belakangan terus mengalami pengembangan dari segi kualitas dan konsep. 

Merujuk pada Global Jigsaw Puzzle Sales Market Report 2020 pembelian puzzle mengalami peningkatan cukup drastis di tahun 2020 dan diprediksi keuntungannya akan mencapai US$ 765.8 juta di tahun 2026. Pengembangan ini khususnya terjadi di segmentasi pasar orang dewasa karena meningkatnya kesulitan dan inovasi desain yang beranekaragam. Berbagai brand puzzle pun berkompetisi mengajak para desainer dan seniman untuk berkolaborasi dalam pembuatan desain produknya. Tidak heran, hobi merakit puzzle seakan tersebarluaskan dengan cepat karena berbagai pihak yang terlibat dalam menyuarakannya.

Kini puzzle tidak lagi dipasarkan sebagai sebuah permainan semata, namun telah berubah menjadi sebuah gaya hidup. Cara brand puzzle memasarkan produknya pun berbeda, jika melihat brand-brand ini di media sosial yang umumnya kita temukan adalah foto permainan puzzle dengan setting masa kini seperti ditemani gelas-gelas wine, vas bunga, hingga objek-objek estetis lainnya. Kemasannya pun tampil lebih mewah sehingga bisa menjadi pajangan di rak buku.

Di Indonesia sendiri beberapa brand puzzle juga memiliki strategi yang sama untuk memasarkan produknya. Lihat saja Rekarekat dan Cloudy Fields yang tidak hanya fokus pada kualitas potongan puzzle tapi juga kualitas gambar. Rekarekat sendiri berkolaborasi dengan empat ilustrator kenamaan dalam negeri termasuk Emte, Sarkodit, Phantasien, dan Ykha Amelz. Para ilustrator ini kemudian menghasilkan gambar-gambar puzzle yang identik dengan budaya Indonesia yang tergabung empat puzzle bertajuk SERI O1 — JAKARTA. 

Image courtesy of Rekarekat

Image courtesy of Rekarekat

 

Kini puzzle tidak lagi dipasarkan sebagai sebuah permainan semata, namun telah berubah menjadi sebuah gaya hidup. Cara brand puzzle memasarkan produknya pun berbeda.

“Seri pertama ini sengaja mengusung tema Jakarta sebagai bentuk nostalgia bagi masyarakat yang rindu dengan energi ibu kota sebelum pandemi. SERI O1 dibuat sebagai tribute untuk ibu kota kita yang semarak, berwarna, dan penuh harapan.” Terang Khea Yashadana, founder dari Rekarekat. Bicara tentang kualitas, dalam setiap kemasan terdiri dari 500 keping puzzle yang terbuat dari papan karton daur ulang dan dikemas dalam kantong kertas dan kotak magnet. Ini sengaja dilakukan sebagai salah satu aksi hijau Rekarekat. Perkembangan puzzle di Indonesia juga ditandai dengan kemunculan komunitas puzzle. Khea juga mengakui awal peran komunitas puzzle sangat tinggi dalam pengembangan Rekarekat. Banyak input yang diterima Rekarekat terkait pengembangan produk-produknya.

Dengan alasan yang serupa tapi tak sama, Cloudy Fields juga dibuat karena alasan pengisi waktu luang. Namun, ada alasan lain yang ingin disebarkan yaitu mindfulness. Menurut salah satu founder, Devina Samantha, puzzle dapat menjadi kegiatan yang meningkatkan mindfulness . Sebuah kegiatan yang bisa membantu seseorang meredakan stres, melatih fokus, serta membawa ketenangan dan kedamaian. “Terutama dalam keadaan seperti ini, kita semua menghabiskan sebagian besar waktu di rumah. Menurut kami, melatih diri untuk fokus sangatlah penting. Sekarang kita banyak menghabiskan waktu di media sosial yang sifatnya sekilas atau instan Alangkah baiknya kalau sewaktu-waktu kita beralih ke aktivitas lain yang dapat meningkatkan daya konsentrasi kita.” Devina melanjutkan. 

Image courtesy of Cloudy Fields.

Image courtesy of Cloudy Fields.

Image courtesy of Cloudy Fields.

Image courtesy of Cloudy Fields.

Sedangkan keunikan produk-produk puzzle Cloudy Fields tidak hanya terletak pada keindahan desain yang menonjolkan keberagaman Indonesia. Nicholas Johannes yang juga founder Cloudy Fields menyatakan bahwa letak unique selling point (USP) mereka adalah kepingan yang disebut sebagai “funky-shaped”. Jadi semua kepingan puzzle memiliki bentuk yang berbeda dari puzzle pada umumnya. Salah satu keunggulan lain terletak pada ukurannya sebesar 50 x 70 cm yang sangat mudah untuk dibingkai karena merupakan ukuran standar bingkai foto.

Walaupun terdengar menjadi prospek yang menjanjikan, bisnis puzzle tetap tidak luput dari tantangan. Konsep desain yang berbeda, kualitas potongan puzzle, hingga harga terjangkau dicermati harus digodok secara matang agar dapat bersaing di pasaran. Devina juga menyebutkan tantangan lain dari bisnis puzzle adalah minat masyarakat yang bisa berubah,  “Ada sebagian orang yang takut tidak bisa menyelesaikannya. Padahal sebenarnya, puzzle perlu dinikmati saja. Kita tidak perlu pusing kalau tidak selesai-selesai. Justru memang harus dibuat santai. Take it slow, lama-lama juga udah selesai. Kalau jadi terlalu kecepetan akan kurang seru.”

Previous
Previous

Homebody Economy: Saat Pasar Pindah ke Rumah

Next
Next

WFH, Susah Di Komunikasi Atau Adaptasi?