Rekomendasi Tontonan di Festival Film 100% Manusia

Festival film 100% Manusia kembali hadir untuk yang kelima kalinya di Indonesia, memutarkan film-film bertemakan hak asasi manusia. Diselenggarakan mulai tanggal 25 November hingga 1 Desember 2021, Festival Film 100% Manusia hadir secara online melalui situs Festival Scope. Sebanyak 25 film dari 15 negara akan diputarkan selama festival berlangsung. Film dapat diakses secara gratis oleh seluruh penonton yang ada di wilayah Indonesia. Berikut ini 5 rekomendasi film yang pantut untuk ditonton.

1. Beans

Beans menceritakan kisah coming-of-age seorang gadis yang bernama Beans saat peristiwa Oca Crisis tahun 1990 terjadi di Kanada. Perebutan tanah dan tempat tinggal antara orang-orang Mohawk, suku pribumi Amerika, dengan masyarakat Oka menimbulkan keributan yang membuat bagian dari komunitas Mohawk mendapatkan stigma negatif yang mengakibatkan mereka mendapatkan ujaran kebencian. Akibatnya, kota terpecah pada saat lantaran kebencian antar kelompok.

Di tengah-tengah ujaran kebencian yang ada di masyarakat terhadap komunitasnya, Beans mempertanyakan identitasnya. Menerima diri sendiri, baik dari masyarakat maupun dari diri sendiri menjadi konflik batin yang sedang dialami oleh Beans. Tak diterima oleh penduduk kota Oka, Ia juga tidak diterima oleh teman sebayanya akibat terlalu cupu yang akhirnya membuat Ia merubah kepribadiannya, yang membawa ke dalam perjalanan baru. 

Penerimaan, baik untuk menerima baik diri sendiri maupun orang lain di tengah-tengah konflik antar kelompok, menjadi fokus utama film Beans. Disampaikan melalui perspektif remaja yang sedang mengalami transformasi diri, Beans mempertanyakan bagaimana identitas bisa menjadi pisau bermata dua, menyatukan atau memisahkan. 

2. The Exam

Rojin adalah seorang perempuan muda yang sedang mengikuti ujian masuk universitas. Apabila Rojin gagal maka ia harus menikah dengan laki-laki pilihan Ayahnya. Alih-alih dikuliahkan. Shilan, kakak Rojin, berusaha membantunya lulus ujian dengan cara apapun agar Rojin tidak dinikahkan. Shilan adalah saksi dari apa yang dihadapi oleh banyak perempuan di dunia yang masih dipandang sebagai objek serta masyarakat kelas dua. Hidup dengan suami yang tidak Ia cintai serta berperilaku seenak hati, Shilan berusaha menyelamatkan Rojin. 

Melalui cerita yang mudah dimengerti, The Exam memperlihatkan kompleksitas yang dialami oleh Rojin serta perempuan-perempuan lainnya yang hidup ditengah masyarakat patriarki serta tidak mempunyai banyak pilihan. Film yang menyuarakan emansipasi wanita ini menunjukkan ketidakadilan gender terhadap perempuan yang kerap ditemui di Indonesia bahkan negara lainnya. The Exam mengajak kita untuk melihat perjalanan Rojin dan Shilan dalam menentukan nasib hidupnya masing-masing dengan narasi yang membuka mata serta pikiran. 

3. KOsOng

KOsOng adalah dokumenter animasi produksi Indonesia yang mengisahkan 5 perempuan tak berketurunan dan stigma negatif yang mereka dapatkan dari masyarakat. Bagi masyarakat, anak seakan-akan menjadi kunci kesuksesan dari sebuah pernikahan dan tanda keberhasilan bagi perempuan yang sering dipandang sebagai objek prokreasi. Melalui lima kisah lintas generasi serta berasal dari latar belakang yang beragam ini menangkap keresahan-keresahan perempuan yang sudah menikah namun belum diberikan momongan. 

Perempuan memiliki tekanan dari masyarakat untuk mempunyai anak. Hamil dan melahirkan, seakan-akan menjadi fungsi utama hanya untuk melanjutkan keturunan. Melalui visual yang unik, Chonie Prysilia dan Hizkia Subiyantoro memberikan makna mendalam serta kelam di balik warna-warni film ini. 

4. Romy’s Salon

Kisah keluarga yang hangat tersajikan dalam film Romy’s salon. Berkisah mengenai Romy yang sering datang ke salon milik neneknya sembari menunggu ibunya bekerja. Kini ia harus merawat neneknya yang sering kali lupa akan situasi serta orang-orang di sekitarnya akibat dementia. Meskipun perlahan-lahan memorinya menghilang, Romy tetap setia menolong sang nenek bahkan hingga membawanya ke sebuah perjalanan yang bermakna bagi keduanya. Melalui perspektif anak-anak, Romy’s Salon membawakan pesan hangat tentang kasih sayang. Bagaimana kita sebagai manusia perlu untuk merawat satu sama lain. Dementia mengubah kehidupan sang nenek dan Romy, namun tidak memisahkan mereka. 


5. Her Job

Panayiota adalah seorang ibu rumah tangga yang hampir tidak bisa membaca. Ia hidup bersama anak-anak dan suaminya. Di tengah krisis moneter yang melanda Yunani yang juga memengaruhi penghasilan keluarganya, ia berhasil menemukan pekerjaan sebagai pembersih di pusat perbelanjaan yang akan buka di kotanya. Pada momen itu, Panayiota berhasil menjadi perempuan yang bebas dari tugas-tugas domestik serta mendapatkan pengalaman-pengalaman baru yang ia tidak pernah alami sebelumnya. Hingga suatu hari, sebuah kabar mengancam kebebasannya. Her Job menangkap peristiwa yang juga terjadi di Indonesia, dimana perempuan mempunyai kebebasan yang terbatas dibandingkan laki-laki. Seperti Panayiota yang harus juga mengerjakan pekerjaan rumah tangga serta dibatasi kebebasannya oleh sang suami. 


Itu adalah 5 film rekomendasi yang dapat kamu tonton di Festival Film 100% Manusia. Menurut kamu mana yang paling ingin kamu tonton nih?.




Previous
Previous

Koperasi sebagai Opsi Model Bisnis Startup

Next
Next

Seni sebagai Penanda Zaman