Mengolah Ampas Kopi untuk Bisnis Kafe Ramah Lingkungan
Untuk kebanyakan orang, ampas kopi adalah sampah yang sudah tidak bisa digunakan. Padahal nyatanya, ampas kopi dapat memberikan dampak yang negatif kepada lingkungan meski telah terurai. Dikutip dari artikel University of London, ampas kopi dapat melepaskan gas metana yang memiliki efek rumah kaca 28 kali lebih tinggi dari karbon dioksida.
Menyikapi permasalahan tersebut, baru-baru ini kedai kopi Kisaku meluncurkan produk sabun yang terbuat dari ampas kopi yang dihasilkan oleh kedai mereka sebagai inisiatif daur ulang untuk mengurangi limbah. Kisaku sendiri merupakan brand kopi yang hadir di Jakarta sejak 2019 dan diinisiasi oleh Catherine Halim, Raline Shah, Rollin Shah, Lionel Hanjaya dan Dolly Hardjono. Berkolaborasi dengan pengrajin sabun lokal Mi.Ji, sabun kopi ini termasuk dalam Chinese New Year hampers yang ditawarkan Kisaku.
Ide awal untuk mendaur ulang ampas kopi menjadi sabun muncul setelah tim Kisaku meluncurkan sustainability program pertama mereka pada September 2020. Memang, memiliki bisnis yang berkelanjutan dalam pertumbuhan ekonomi dan bertanggung jawab pada lingkungan adalah konsep yang mereka usung dari awal. Program berkelanjutan Kisaku mulanya berfokus pada pengurangan penggunaan plastik dari kedai kopi mereka. Untuk inisiatif ini, mereka bekerja sama dengan Bank Sampah, sebuah program yang mengajak masyarakat mengurangi sampah melalui proses daur ulang, di mana setiap sampah plastik yang masyarakat setorkan, terdapat imbalan berupa uang dan bahan pokok seperti beras, minyak, serta gula yang akan diberikan. Dalam penerapan program ini di kedai mereka, Kisaku menerima sumbangan botol plastik atau gelas dari mana saja untuk didaur ulang. Setiap penyetor kemudian akan mendapatkan stempel yang dapat ditukarkan dengan minuman gratis. Selain menerima botol dan gelas bekas, tim Kisaku juga mendorong pelanggannya untuk membawa wadah sendiri ketika datang ke Kisaku.
Menjalankan kedai kopi dengan konsep berkelanjutan di Indonesia tidaklah mudah. Menurut Catherine, salah satu tantangan yang dihadapi Kisaku adalah belum banyaknya contoh bisnis kopi yang menawarkan program berkelanjutan, sehingga diperlukan edukasi bagi supplier dan juga customer. Konsep kafe yang mendaur ulang ampas kopinya sendiri pun masih belum banyak hadir di Indonesia. Namun begitu, karena masih sedikit yang menerapkan pendekatan tersebut, model bisnis Kisaku menjadi menarik perhatian berbagai kalangan.
Salah satu bentuk pengembangan sustainability program Kisaku adalah dengan mendaur ulang ampas kopi yang dihasilkan oleh kedai mereka menjadi sabun. “Karena misinya adalah menjadi a more sustainable company, kita juga cari tahu cara untuk kita bisa mengolah ampas kopi supaya nggak dibuang begitu saja.” Ujar salah satu co-founder Kisaku, Catherine Halim. Sabun yang terbuat dari ampas kopi Kisaku dan Mi.Ji ini dapat digunakan sebagai scrub tubuh dan mengandung bahan-bahan alami seperti; sweet almond oil, olive oil, minyak kelapa, minyak jarak yang dapat melembabkan kulit dan memiliki anti bakteri yang tinggi.
Meski produk sabun kopi Kisaku saat ini adalah produk yang terbatas, sabun kopi ini telah menarik minat masyarakat. Karena permintaan pasar yang cukup mendukung, Kisaku berharap dapat menjadikan produk sabun kopi ini sesuatu yang permanen ke depannya. Tim Kisaku juga tidak menutup kemungkinan untuk terus mengeksplorasi produk daur ulang lainnya dari ampas kopi. “Sekarang ini, kita lagi mencari ide, brainstorming, bagaimana caranya kita bisa bikin variasi yang lain. Kita banyak riset untuk mendapatkan produk lain yang bisa diluncurkan setelah Chinese New Year.” Lanjut Catherine. Mereka juga berharap untuk dapat melakukan kolaborasi lainnya dalam mengeksplorasi produk turunan kopi yang baru bila menemukan tim dengan nilai dan misi yang sama.
Ke depannya Catherine berharap Kisaku dapat menjadi contoh kedai kopi yang bertanggung jawab dalam melakukan bisnis yang ramah lingkungan, sehingga brand lain juga dapat memulai sustainability program mereka masing-masing. “Hopefully dengan sustainability plan kita, Kisaku bisa menginspirasi kedai-kedai kopi lain untuk bisa mulai dengan sustainability plan yang kecil.” Pungkas Catherine.