Membangkitkan Kembali Ekonomi Kreatif

Geometry-Metaverse_Diaz-01.jpg

Membangkitkan gairah membangun sebuah ekosistem bukanlah hanya tugas satu pihak tertentu saja, melainkan tugas seluruh entitas ekosistem tersebut. Begitu juga dalam ekosistem ekonomi kreatif di Indonesia. Para pelaku ekonomi kreatif (ekraf) yang tinggal di Jakarta, misalnya, mungkin memiliki pemikiran dan kegelisahan yang serupa mengenai masa depan industri ini. Pasti ada keinginan yang mengharapkan ekonomi kreatif dapat berkembang lebih besar dan menjadi penopang satu kota. 

Berdasar pada harapan tersebut, Komite Ekraf (KE) pun dibuat untuk menggerakkan setiap pelaku ekonomi kreatif untuk bangkit dan maju. Diaz Hensuk, Ketua KE Jakarta, memaparkan, “Salah satu visi kami adalah menjadi mitra strategis pemerintah, paling tidak pemerintah daerah Jakarta, untuk dapat mendiskusikan arah terjauh ekonomi kreatif di Indonesia. Harapannya adalah agar 5-10 tahun ke depan, kami pelaku di industri ekonomi kreatif dapat memiliki gol yang sama.”

“Salah satu visi kami adalah menjadi mitra strategis pemerintah, paling tidak pemerintah daerah Jakarta, untuk dapat mendiskusikan arah terjauh ekonomi kreatif di Indonesia.”

Langkah ini menjadi penting agar kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh pemerintah daerah dapat menyasar ke target yang tepat. Target yang benar-benar membutuhkan bantuan untuk berkembang. Memang beberapa subsektor ekonomi kreatif ada yang menurun di masa pandemi ini, akan tetapi pertumbuhan ekonomi kreatif —terutama di Jakarta, sebenarnya sudah melebihi rata-rata sektor ekonomi lainnya. Apalagi melihat pesatnya perkembangan kreator di Jakarta yang terus berkarya membangun ekonomi kreatif di Indonesia. Ini berarti, potensi ekonomi kreatif dapat menjadi salah satu sektor yang terbaik di negara kita. Oleh sebab itu, penting sekali untuk memberikan kesadaran pada masyarakat atas potensi besar ekonomi kreatif tersebut. 

Potensi ekonomi kreatif dapat menjadi salah satu sektor yang terbaik di negara kita.

Salah satu program KE yang sudah dilakukan adalah Jakarta Metaverse di mana menjadi sebuah langkah awal untuk (1) memperkenalkan Komite Ekraf itu sendiri, dan (2) memperkenalkan ruang kolaborasi baru di Jakarta yang dinamakan Metaverse. Metaverse sendiri dapat dipertimbangkan sebuah sebuah spirit movement, sebuah pergerakan untuk membangkitan semangat para pelaku di ekonomi kreatif, masyarakat, hingga pemerintah. Diaz pun lanjut menerangkan, “Pergerakannya akan sejauh mana, kami memang belum bisa memastikan, tapi yang bisa kami pastikan adalah adanya program-program yang inklusif dan memiliki dampak positif.” 

Metaverse sendiri dapat dipertimbangkan sebuah sebuah spirit movement, sebuah pergerakan untuk membangkitan semangat para pelaku di ekonomi kreatif, masyarakat, hingga pemerintah.

Menurut Diaz, jika kita bicara tentang kolaborasi, ekosistem ekonomi kreatif sangatlah luas cakupannya. Contohnya subsektor gim dengan banyaknya komunitas, pengguna, serta pengembang. Sayang sekali subsektor gim belum terlalu tersorot dan masih dianggap awam. Dengan adanya ruang kolaborasi seperti Metaverse, antar subsektor dapat berdiskusi untuk saling menguntungkan satu sama lain. Dalam salah satu panel diskusi Jakarta Metaverse, misalnya, terdapat wacana yang memungkinkan subsektor gim dan fashion untuk berkolaborasi. Pakaian-pakaian yang digunakan oleh karakter dalam gim dapat berasal dari para desainer fashion sehingga kedua subsektor tersebut dapat memiliki added value atau nilai tambah. Seperti contohnya berupa nilai tukar ekonomi seperti berbagai nilai royalti.

Tidak berhenti di sana, KEK juga berharap kehadirannya di tengah-tengah ekosistem ekonomi kreatif dapat menjadi jembatan bagi semua pelaku dan para pemangku kepentingan di ekosistem tersebut. “Kami berencana untuk membuat direktori atau pemetaan pelaku ekonomi kreatif di Indonesia, khususnya di Jakarta. Langkah ini bertujuan agar kami dapat mengetahui potensi setiap subsektor di ekosistem ekonomi kreatif. Tapi, ini tidak akan berjalan baik jika tidak ada kerja sama dengan asosiasi, komunitas, serta pemerintah yang terlibat di dalam industri ekonomi kreatif itu sendiri”, jelas Diaz kembali. 

“Kami berencana untuk membuat direktori atau pemetaan pelaku ekonomi kreatif di Indonesia, khususnya di Jakarta.”

Fungsi KE adalah untuk memberikan akses informasi, koneksi, dan administrasi terhadap setiap pelaku ekonomi kreatif yang membutuhkan. Jakarta Metaverse, contohnya, telah berhasil mempertemukan para pelaku di 95 lintas sektor dengan membuat 27 diskusi panel. Berbagai diskusi tersebut dapat dipertimbangkan menjadi stimulus para pihak yang berkepentingan untuk menyadari bahwa ekonomi kreatif di Indonesia memiliki masa depan yang cerah. Namun, itu tidak akan terjadi jika kita semua tidak melakukan apa-apa dan tenang-tenang saja. Selepas acara, diskusi-diskusi yang sudah rampung dibahas telah diolah untuk menjadi referensi baru untuk para kreator serta acuan bagi pemerintah daerah dalam perencanaan kegiatan ekonomi kreatif di kemudian hari. 

Previous
Previous

Gaya Baru Menyantap Seafood Dari Rumah

Next
Next

Aco Tenri: Menemukan Diri Dalam Film