A Progress in the Narrative: Next Act of Indonesian Film
Industri perfilman Indonesia terus menunjukkan perkembangan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini terlihat dalam berbagai inisiatif yang diluncurkan untuk memajukan sinema Indonesia, salah satunya adalah sesi IdeaTalks bertajuk A Progress in the Narrative: Next Act of Indonesian Film yang diadakan oleh IdeaFest pada Jumat, 27 September 2024 di Jakarta Convention Center. Diskusi ini dihadiri oleh tokoh-tokoh perfilman seperti Ario Bayu, Lutesha, dan Vivian Idris, dengan Titis Sapto Raharjo sebagai moderator. Tema yang diangkat berkisar pada perkembangan perfilman Indonesia dan tantangan serta peluang yang dihadapi di masa depan.
Ario Bayu, seorang aktor, produser, dan Ketua Komite Festival Film Indonesia (FFI) 2024-2026, membuka diskusi dengan memaparkan pentingnya FFI sebagai lembaga yang terus mengapresiasi karya-karya film Indonesia. Sejak didirikan, FFI menjadi wadah untuk merayakan pencapaian sinema nasional, dan di bawah kepemimpinannya, Ario menegaskan komitmen untuk terus mendukung pertumbuhan industri melalui berbagai program.
Salah satu program andalan yang dibahas dalam sesi ini adalah FFI Goes To Campus, sebuah inisiatif yang dipimpin oleh Prilly Latuconsina sebagai Ketua Pelaksana FFI terbaru. Program ini bertujuan mendekatkan perfilman Indonesia ke generasi muda melalui edukasi dan sosialisasi di kampus-kampus. Prilly berharap, melalui program ini, semakin banyak anak muda yang terinspirasi untuk berkarya dan menghasilkan film yang dapat dinikmati oleh audiens luas, baik di dalam maupun luar negeri.
Tahun ini, Festival Film Indonesia (FFI) mengusung tema "Merandai Cakrawala Sinema" dengan lima duta FFI 2024, yaitu Slamet Rahardjo Djarot, Kamila Andini, Dian Sastrowardoyo, serta Lutesha dan Bryan Domani sebagai perwakilan generasi muda. Lutesha menekankan bahwa kehadiran aktor-aktor senior memberikan inspirasi bagi generasi muda yang akan datang.
Sebagai duta FFI, Lutesha juga berharap bahwa Malam Anugerah FFI bisa menjadi platform untuk menghargai karya-karya film Indonesia sekaligus mempromosikan mereka ke tingkat internasional.
Vivian Idris, sebagai seorang International Representative for Films, menyoroti pentingnya film sebagai media untuk memperkenalkan budaya Indonesia kepada dunia. Ia juga menjelaskan bahwa kemajuan teknologi memberikan peluang besar bagi anak muda untuk belajar dan berpartisipasi dalam industri film, dengan dukungan penuh dari pemerintah.
“Untuk pendidikan film itu ada laboratorium film, lokakarya atau workshop film yang sifatnya lebih intens 3,6,12 bulan untuk mengembangkan skenario dan produksi. Kemudian, pemerintah bisa bantu untuk mempromosikan film dengan cara ‘nonton bareng’. Dukungannya cukup 360 mulai dari edukasi sampai distribusi,” tutur Vivian Idris
Baik Ario Bayu maupun Vivian Idris optimis tentang masa depan perfilman Indonesia. Mereka percaya bahwa dengan memperhatikan target audiens dan menyesuaikan konten berdasarkan waktu dan musim, film-film Indonesia dapat menarik minat penonton, baik di dalam negeri maupun internasional. Mereka berharap film Indonesia bisa bersaing di tingkat global.