Pilih Jadi Musisi Dalam Label Musik Atau Indie?
Teknologi di zaman modern telah mempermudah laju bisnis berbagai industri, termasuk industri musik. Adanya berbagai agregator yang memudahkan distribusi lagu serta rangkaian pilihan untuk promosi, membuka peluang bagi para musisi baru untuk berkarya tanpa bantuan label rekaman seperti dulu. Akan tetapi apakah semua musisi kini memang harus menjajal jalur indie?
Founder Wonderland Records, Mahavira Wisnu Wardhana atau yang akrab dipanggil Inu, menjelaskan bahwa produksi lagu sekarang memang telah berkembang pesat. Akan tetapi, perusahaan label rekaman tetap memiliki perannya dalam tiga proses penciptaan lagu yaitu untuk mengatur proses produksi hingga distribusi yang membutuhkan biaya cukup besar. Elemen-elemen yang membutuhkan biaya besar seperti proses mastering, mixing, foto dan video klip, bisa diatasi oleh label rekaman. Nantinya, label akan mendapat untuk dari penjualan lagu untuk menutup biaya keempat hal tersebut. Jadi, fungsi label rekaman sebenarnya untuk membantu dari segi bisnis sehingga musisi hanya perlu fokus pada penciptaan karya. Memang penghasilan musisi indie bisa jadi lebih banyak karena tidak membagi hasil penjualan dengan label rekaman. Tapi, pekerjaannya juga jadi lebih banyak.
“Wonderland Records sendiri memiliki misi untuk menyalurkan musisi Indonesia yang ingin memperluas jaringan distribusi karyanya keluar Indonesia. Oleh sebab itu, Wonderland juga bekerja sama dengan Universal Music Indonesia meskipun secara visi misi, cara promosi dan artis yang bergabung semua ditangani oleh kami. Saya pun masih cukup percaya diri untuk bertahan dalam bisnis label rekaman karena banyak musisi yang masih membutuhkan partner dengan jaringan luas untuk distribusi dan promosi”, terang Inu.
Sementara menurut Endah Widiastuti, musisi independen di balik duo Endah N Rhesa, sebelum para musisi baru memutuskan apakah lebih baik masuk ke dalam label rekaman atau bergerak sendiri sebagai musisi indie, sebaiknya langkah pertama yang perlu dilakukan adalah mempertanyakan tiga hal berikut:
Pertama: kenapa mau jadi musisi indie atau label rekaman besar? Sebab masing masing punya tantangannya sendiri. Jadi, para musisi harus tahu apa yang mau dikejar sebagai seorang musisi.
Kedua: siapakah market musik kamu? Musisi harus bisa lebih dulu memetakan market musiknya. Setiap label rekaman punya pasar masing-masing. Ada label rekaman yang khusus di musik elektronik, ada yang hanya bermain di musik jazz. Jadi musisi harus menganalisa apakah jika ikut label rekaman tertentu, musiknya cocok dengan market yang dikuasai label rekaman tersebut? Atau sebenarnya market musiknya lebih cocok jika ia menjadi musisi indie?
Ketiga: apakah kamu sudah memiliki pengetahuan yang cukup tentang industri musik? Menurut Endah, seorang musisi harus terus belajar dan terus meningkatkan kesadaran untuk terus update tren-tren yang terjadi di industri musik. Jangan sampai kesadaran musisi hilang karena mendapatkan banyak kemudahan di dunia yang serba instan ini. Musisi harus memiliki identitas yang membedakan dengan musisi lain. Jangan hanya karena sudah bisa mudah produksi dan distribusi musik lalu lupa memikirkan matang-matang identitas bermusiknya.
“Di era yang sangat mudah ini, para musisi harus dipikirkan matang-matang tentang musiknya. Memikirkan identitas seperti apa yang mungkin belum ada dan bisa jadi pembeda dari semua identitas musisi yang sudah ada. Ini akan memudahkan kematangan konsep dan produksi supaya musisi tersebut bisa eksis di jangka waktu lama. Identitas inilah yang akan jadi acuan. Sekalipun ia mau eksplor di berbagai hal tapi karena sudah punya identitas yang melekat maka tidak akan hilang. Musik itu bukan sprint tapi maraton. Para musisi harus memikirkan apa yang dapat mempertahankan musiknya di jangka waktu panjang”, Endah menjelaskan lebih rinci.
Pada dasarnya, ada tiga kegiatan dalam menghasilkan lagu: produksi, distribusi, dan promosi. Di bagian produksi, kini musisi independen sudah bisa memproduksi sendiri, tidak lagi perlu masuk ke studio rekaman yang dimiliki oleh label rekaman besar. Tapi memang, biaya studio rekaman sudah terakomodasi oleh label rekaman. Jadi dari segi biaya akan lebih ringan jika masuk label rekaman.
Sementara dari sisi distribusi, sebenarnya karena sekarang semua bisa diakses lewat digital, jadi para musisi sudah bisa dengan mudah melakukan distribusi lewat platform digital. Maka, sebenarnya dari segi distribusi label rekaman dan musisi indie sudah bisa bersaing secara seimbang. Namun di bagian promosi, menurut Endah, para musisi indie harus berusaha lebih besar karena promosi berkaitan erat dengan kreativitas dan investasi. Sedangkan label rekaman besar memiliki budjet yang bisa melakukan beragam promosi. Berbeda dengan label indie yang ruang promosinya bisa terbatas.
Oleh sebab itu, butuh kreativitas dan produktivitas lebih. Misalnya membuat materi-materi promosi yang menarik lalu diiklankan di YouTube atau Instagram. Dengan ketepatan pemetaan market, para musisi indie dapat menjangkau pasar lebih luas dengan investasi yang tidak terlalu besar. Langkah terakhir adalah konsistensi. Inilah kunci “bermain” di dunia digital. Dengan promosi yang menarik dan konsisten, dapat menciptakan eksistensi yang berkelanjutan di dunia digital sehingga market semakin mengenal musik dan identitas para musisi indie.