Peluang Bisnis Galeri Seni
Antusiasme masyarakat terhadap industri seni tidak perlu diragukan lagi semakin besar dari masa ke masa. Kini yang menjadi kolektor bukan hanya generasi x yang dipertimbangkan sudah mapan untuk mengumpulkan berbagai barang seni. Sudah banyak kolektor-kolektor muda lahir ke permukaan dengan beragam latar belakang dan kecenderungan. Industri seni menjadi semakin menarik karena para pelaku bisnis seni jadi (secara tidak langsung) tertantang untuk terus belajar dan tukar pikiran dengan para kolektor baru.
Selaku salah satu co-founder Ruci Art Space, Rio Pasaribu menyatakan bahwa banyak hal menarik yang bisa didapatkan dari industri seni rupa di Indonesia. Selain bisa menambah wawasan dari berdiskusi dengan orang-orang di industri ini, banyak sekali peluang-peluang bisnis yang sebenarnya menarik untuk digali —tanpa perlu berkompromi dengan kualitas seni rupa yang diusung itu sendiri. “Terlebih lagi, zaman sekarang ini banyak orang yang sudah lebih "melek" dengan seni rupa. Baik itu brand, restaurant, maupun event. Jadi seni rupa bisa menjadi sebuah komoditas yang agile”, jelasnya.
Mungkin sebagian dari masyarakat mengira bisnis galeri seni hanya akan berhasil dilakukan oleh mereka yang berasal dari dunia itu sendiri. Memiliki idealisme tinggi akan seni. Padahal tidak selalu begitu. Menurut Rio, bisnis galeri seni tidak terpaku pada hal tersebut sebab seperti bisnis lainnya, yang terpenting adalah adanya keinginan untuk belajar, punya prinsip, visi, dan misi yang kuat. Rio yang tidak memiliki latar belakang seni rupa merasa cukup beruntung untuk dapat menjalankan Ruci Art Space. Modal terbesar yang dimilikinya adalah keinginan untuk belajar dan mendengar. Ia kemudian mengakui bahwa banyak berdiskusi dengan orang-orang di industri seni mendukungnya serta tim Ruci Art Space untuk tetap berdiri sampai saat ini. Lalu bagaimana ia bisa dipertemukan oleh orang-orang di industri tersebut? “Itu sudah urusan Sang Pencipta”, katanya.
Mungkin sebagian dari masyarakat mengira bisnis galeri seni hanya akan berhasil dilakukan oleh mereka yang berasal dari dunia itu sendiri. Memiliki idealisme tinggi akan seni. Padahal tidak selalu begitu.
Menariknya, tim Ruci Art Space juga tidak hanya rajin berdiskusi secara internal. Dalam hal menentukan seniman atau pameran, tidak hanya para jajaran co-founder saja yang menentukan tapi semua anggota yang memiliki latar belakang pendidikan beragam. “Semua punya andil untuk menyumbangkan suara. Biasanya, jika sudah sepakat melirik seorang seniman, kami akan melakukan pendekatan pribadi. Bertemu, berkunjung, hingga makan bersama dilakukan demi menjaga keterhubungan. Mengapa? Karena kami percaya pada kekuatan chemistry. Sebuah kerja sama akan menjadi menyenangkan bila kami memiliki chemistry yang bisa saling melengkapi”, ungkap Rio menambahkan.
Biasanya, jika sudah sepakat melirik seorang seniman, kami akan melakukan pendekatan pribadi. Bertemu, berkunjung, hingga makan bersama dilakukan demi menjaga keterhubungan.
Agar dapat mempertahankan konsistensi bisnis galeri seni, memiliki visi dan misi adalah yang utama. Yang kedua adalah percaya pada visi dan misi yang dipegang dan percaya apapun masalah dan tantangannya harus diupayakan untuk diselesaikan demi tercapainya visi misi tersebut. Akan tetapi visi dan misi tidak hanya bisa melekat di sang pendiri saja namun harus melekat di diri seluruh tim. “Ruci Art Space sebenarnya punya misi yang cukup naif. Kami ingin membawa seni rupa ke khalayak yang lebih umum agar dapat menjadi jembatan untuk memperkenalkan karya-karya seni rupa, terutama karya seniman Indonesia, terhadap masyarakat yang awam seni. Jadi kami ingin menghadirkan “seni untuk semua”. Tidak hanya untuk kalangan tertentu saja”, jawab Rio tentang misi Ruci Art Space.
Meskipun begitu, Ruci Art Space tidaklah didirikan untuk menjadi yang paling berbeda dengan yang lain. Rio berpendapat bahwa sebuah galeri seni tidak selalu harus berbeda. Tidak ada salahnya jika memang sama. Justru dengan begitu para pebisnis galeri seni bisa bersama-sama maju meramaikan industri seni rupa yang memang belum sebesar industri lainnya. Apalagi di kala pandemi yang menjadi tantangan besar para pebisnis galeri seni di dunia. Belum ada pihak yang terbiasa menikmati karya seni rupa melalui media daring. Tetapi kalau bersama-sama belajar menghadapi kesulitan ini pada akhirnya semua akan dapat terlewati juga.