Menyingkap Keindahan Di Deretan Ruko

cover.png

Sudah bukan hal yang aneh lagi saat ini apabila kita sering melihat ruang-ruang publik yang ditujukan secara spesifik untuk bekerja, berdiskusi, bahkan berkarya. Bertambahnya pekerjaan-pekerjaan yang tidak mengharuskan seseorang berada di belakang ruang kubikel delapan jam sehari serta berubahnya etika bekerja bisa dikatakan menjadi alasan lahirnya ruang komunitas. Kini di tengah ibukota, masyarakat dapat lebih mudah untuk berkolaborasi dan memperkenalkan identitas satu sama lain dalam sebuah proyek. Masyarakat pun jadi lebih mudah berkarya dan berekspresi menuangkan minat serta bakatnya.

Tidak lain dengan Ruko Roxy Mas E230 yang terletak di barat Jakarta. Meski awalnya ruang kreatif ini merupakan butik, namun kini sang pemilik, Felicia Budi – yang merupakan desainer muda kenamaan – mengubah konsepnya menjadi sebuah ruang kreatif. Tapi jangan salah, Ruko Roxy Mas E230 bukan ruang kreatif biasa. Dijelaskan oleh Felicia bahwa tempat ini sengaja dibuat untuk memajang karya pengrajin dan seniman lain. Tidak hanya produk pakaian karyanya. Namun selain tujuan tersebut, Ruko Roxy Mas E230 juga diharapkan dapat menjadi satu titik yang menyediakan ruang untuk berekspresi, berdiskusi, dan berkumpul.

1.jpg

Walaupun dari luar kaca Ruko Roxy Mas E230 terlihat selintas seperti toko ritel saja namun di dalamnya terdapat ruangan untuk berkegiatan. Mulai dari sekadar berbincang soal karya seni hingga pemutaran film bisa dilakukan di dalamnya. Felicia pun sangat terbuka untuk mendatangkan para pihak yang berniat membuat aktivitas di ruang kreatifnya, tidak melulu harus kegiatan yang berunsur kreatif atau seni. Akan tetapi kurasi proyek tetap akan dilakukan dan disesuaikan dengan napas Ruko Roxy Mas E230 sendiri. Para inisiator juga disarankan untuk bertemu dan bertukar pikiran langsung dengan Felicia.

Selain itu, di sini pengunjung dapat melihat berbagai proyek kolaborasi yang dipajang di dalamnya di mana semua produk yang dijual merupakan produksi lokal. Pengrajin atau penjualnya mungkin tidak semua berasal dari Indonesia tapi semua produk yang ditampilkan dipastikan diolah, dipoles, dan dikemas di Indonesia. Itulah syarat utama jika ada pihak-pihak yang berniat menjajakan karyanya di sini. Jenis produknya juga tidak melulu barang seni. Apapun diterima. Mulai dari kain, perhiasan, hingga sabun artisan.

3.jpg

Untuk bisa membeli produk yang dijual di sini, Anda memang tidak bisa datang begitu saja namun harus membuat janji terlebih dulu. “Kami menyediakan waktu dari Hari Selasa sampai Sabtu, dari sore hingga malam. Kenapa hanya dari sore ke malam? Sebenarnya alasannya sangat artistik karena toko ini menghadap ke barat sehingga pada saat jam golden hour di dalam ruangan terlihat bagus sekali untuk diobservasi.” Felicia mengutarakan.

Seakan-akan ada alasan sendiri di balik pengalaman menyentuh obyek, Felicia merasa bahwa sangatlah penting untuk merasakan sensasi berbelanja langsung. “Karya itu dibuat pakai hati. Tiap-tiapnya memiliki pesan untuk disampaikan. Sehingga saat kita memilih langsung, menyentuh barangnya, kita bisa menyatukan hati untuk membeli. Dengan begini pun kita jadi menghindari budaya konsumerisme di mana saat belanja secara online mendorong masyarakat untuk belanja lebih banyak dari kebutuhan. Saya merasa kalau membeli itu harus dengan kesadaran penuh bukan karena lapar mata atau sekadar beli. Kalau memang seseorang butuh dan suka silahkan membeli, kalau tidak perlu mungkin tidak usah membeli dulu.” Jelasnya.

Karya itu dibuat pakai hati. Tiap-tiapnya memiliki pesan untuk disampaikan. Sehingga saat kita memilih langsung, menyentuh barangnya, kita bisa menyatukan hati untuk membeli.

Alasan ini jugalah yang membuat Felicia masih sangat mempertimbangkan untuk beralih ke penjualan online. Bukan karena dia anti online tapi lebih kepada belum ada sistem transaksi online yang dirasa tepat untuk Ruko Roxy Mas E230. Terangnya lagi, “Saya merasa kalau orang berbelanja hanya menggunakan mata akan banyak yang terlewatkan. Kadang obyek itu lebih menarik ketika dilihat langsung, dipegang langsung. Sedangkan saat belanja online yang terlihat di gambar belum tentu sama dengan aslinya karena bisa saja yang dipajang di situs adalah produk terbaik. Tetapi yang sampai di rumah belum tentu produk terbaik.”

4.jpg

Ruko Roxy Mas E230 memang memiliki nilai-nilai tersendiri. Penuh unsur budaya dan filosofi. Tidak sebatas apa yang ditampilkan di dalam saja tapi juga dari pemilihan nama. Kalau kebanyakan ruang kreatif memilih nama-nama yang trendi dengan pengucapan yang sulit atau dengan arti yang mengharuskan orang membuka kamus, ruang kreatif ini justru menggunakan alamatnya sebagai nama. “Alasan utamanya supaya orang mudah mengingat alamat tempat kami. Namun di samping itu saya merasa kata ‘Ruko’ sangat berkesan. Singkatan ‘Ruko’ yaitu Rumah Toko untuk saya sangat khas, berasal dari budaya peranakan di mana di daerah ini budaya peranakannya cukup tinggi. Selain itu ‘ruko’ sendiri sebenarnya menjelaskan identitas saya yang dulu pernah tinggal di dalam ruko, ya di ruko ini juga.” Pungkasnya sambil tersenyum.

Berbelanja hanya menggunakan mata akan banyak yang terlewatkan. Kadang obyek itu lebih menarik ketika dilihat langsung, dipegang langsung.

Previous
Previous

Abenk Alter: Membentuk Identitas Diri Lewat Seni

Next
Next

Nostalgia Dalam Karya Cetak