Jualan Aroma Lewat Online, Memang Bisa?

Geometry-Jual_Parfum_Online.jpg

Parfum menjadi salah satu kebutuhan gaya hidup masyarakat modern. Bahkan, parfum dapat menjadi identitas kelas sosial seseorang. Sayangnya, bisnis parfum lokal di Indonesia belum berkembang sebesar di negara-negara Eropa atau Amerika. Untuk mendapatkan parfum berkualitas, kita masih harus membayar mahal karena kebanyakan produk berasal dari luar negeri. Melihat adanya pasar yang besar di Indonesia tapi sedikitnya produk parfum lokal, HMNS mulai menjajal peruntungan di industri tersebut.

Rizky Arief, CEO sekaligus founder dari HMNS menceritakan secara singkat perjalanannya melahirkan brand tersebut. “Sejak masih kuliah, saya seringkali mempertanyakan mengapa harga sebuah parfum berkualitas bisa sangat mahal. Setelah mencari tahu, ternyata bukan karena harga produksi yang mahal tapi karena kebanyakan produk tersebut berasal dari negara-negara luar. Hingga akhirnya muncul gagasan untuk membuat produk parfum lokal dengan kualitas yang sama dengan keluaran luar negeri. Salah satu cara untuk mengurangi biaya produksi adalah dengan memangkas biaya distribusi dengan menjualnya secara online.”

Mengingat yang ditawarkan adalah aromanya, parfum menjadi salah satu kategori produk yang harus dicoba langsung oleh konsumen. Sayangnya sampai saat ini belum ada teknologi yang mampu membantu menyampaikan aroma secara digital sehingga menjadi sebuah tantangan untuk dapat menjual parfum secara online. Namun Rizky menjelaskan bahwa HMNS memiliki trik khusus dalam memasarkan HMNS.

Pertama adalah memahami produk apa yang target market perlukan. Lalu, lakukan analisis tentang bagaimana membuat produk yang target market suka dan bagaimana bisa menghindari hal-hal yang market tidak suka. Kedua, dengan melakukan kurasi produk dan menceritakan prosesnya. Storytelling atau menceritakan kembali adalah strategi marketing yang penting sekali dalam menjual produk secara online. “HMNS membangun komunitas yang setia menggunakan parfum kami dengan menceritakan kembali proses kurasi produk. Kami menyampaikan pesan yang berisi tentang bagaimana pengembangan produk kami sangatlah serius. Kami menceritakan bahwa kami menghasilkan 200 varian produk hanya untuk uji coba. Setiap proses pembuatan produk, kami ceritakan kembali di media sosial. Inilah yang membangun kepercayaan calon pelanggan dan meyakinkan mereka untuk membeli. Sekalipun mereka tidak mengetahui aromanya seperti apa.”

Tentunya dalam proses storytelling, peran pelanggan yang telah menggunakan parfum HMNS dinilai sangat penting. Testimoni dari konsumen dapat melancarkan metode word-of-mouth atau dari mulut ke mulut sehingga produk lebih terpercaya. Langkah selanjutnya adalah membangun hubungan dengan komunitas. Rizky kembali memaparkan, “Saya selalu bilang ke tim HMNS bahwa HMNS selalu berinteraksi secara digital sehingga kami tidak memberlakukan hierarki. Kami tidak menaruh konsumen jauh di atas dan kami hanya melayani saja. Kami menciptakan hubungan yang mutual di mana kami peduli kepada mereka dengan memberikan kebutuhan gaya hidup dan mereka juga punya sentimen tersendiri dengan apa yang kami tawarkan. Kami tidak hanya 100% melayani tapi kami memberikan edukasi tentang perfumery. Kami menunjukan empati kepada konsumen atas respon yang mereka berikan.”

140610496_1636205786586235_5555967568690313595_n.jpg
 

“Setiap proses pembuatan produk, kami ceritakan kembali di media sosial. Inilah yang membangun kepercayaan calon pelanggan dan meyakinkan mereka untuk membeli. Sekalipun mereka tidak mengetahui aromanya seperti apa.”

Dalam menyampaikan pesan marketing di media sosial, HMNS juga amat berhati-hati dalam penggunaan kata. Mereka memastikan untuk menyampaikan cerita setiap produk dan informasi edukatifnya dengan cara yang kebanyakan orang pahami. Mereka tidak akan berusaha berbicara dengan bahasa “langit” tapi juga tidak dengan bahasa yang penuh gimmick atau terlalu menjual. Sebaliknya, HMNS kebanyakan memberikan ruang pada konsumen untuk membagikan pemikiran mereka. Salah satu contohnya adalah dengan meminta para konsumen yang pernah menggunakan produk HMNS untuk menggambarkan definisi aroma berdasarkan pikiran mereka sendiri. Dengan demikian, HMNS menjalin interaksi dua arah yang membuat mereka merasa aspirasinya tersampaikan di publik. 

Walaupun belum begitu lama menjalani bisnis parfum, Rizky sudah bisa mengetahui cukup mendalam tentang tantangan dan peluang yang ada di bisnis parfum.Tantangannya yang pertama adalah kurangnya perfumer atau ahli parfum. Maka, membuat produk parfum yang memiliki standar di dalam negeri tidaklah mudah. Kedua, material untuk membuat parfum masih jarang tersedia di Indonesia. Bahkan botol parfum yang sesuai dengan standar perfumery saja HMNS masih harus impor. Akan tetapi, peluang bisnis ini pun cukup besar. Market parfum di Indonesia sangatlah besar. Dilihat dari jumlah produk parfum yang tersedia amat banyak di hampir semua mini market. Belum lagi toko-toko parfum isi ulang yang tidak kalah besari di Indonesia. Rizky yang lama tinggal di Bandung telah membuktikan adanya pasar parfum isi ulang yang besar di kota tersebut. Bahkan pebisnis parfum dan turis dari Malaysia dan Thailand membeli parfum isi ulang di Bandung. Jadi, bisnis parfum berpeluang besar untuk berkembang jika para pebisnis parfum berupaya mengubah selera parfum ke arah yang lebih berkualitas.

Previous
Previous

Setelah Bisnis Pecah Kongsi, Lalu Bagaimana?

Next
Next

Berbagai Jenis Pemodalan, Mana Yang Cocok?