Membangun Usaha Sosial Ramah Difabel
Indonesia masih belum sepenuhnya sadar akan pentingnya lingkungan yang inklusif terhadap teman-teman disabilitas, meski pemerintah telah menerbitkan undang-udang yang mewajibkan Pemerintah (BUMN, BUMD) mempekerjakan setidaknya 2% orang dengan disabilitas dari jumlah pegawai. Sedangkan, perusahaan swasta wajib mempekerjakan 1% penyandang disabilitas dari total jumlah pegawai.
Namun sayangnya, kesadaran mengenai ruang kerja yang inklusif masih rendah. Masih banyak orang tak sadar akan kendala sistemis seperti kurangnya fasilitas yang dapat membantu teman dengan disabilitas dan diskriminasi yang menganggap teman-teman dengan disabilitas tidak dapat melakukan tugasnya dengan baik.
Menyikapi hal-hal tersebut, sejumlah pegiat bisnis dengan disabilitas membangun bisnis mereka sendiri dengan membantu teman-teman sesama disabilitas. Di antara mereka adalah Kopi Tuli dan Yayasan This Able.
This Able
Memberikan pelatihan bagi teman-teman disabilitas agar lebih siap menghadapi dunia kerja
Tak bisa dipungkiri bahwa teman-teman dengan disabilitas mengalami kesulitan mencari lapangan pekerjaan di Indonesia. Menyikapi kendala ini, Angkie Yudistia mendirikan yayasan pelatihan kerja untuk teman disabilitas bernama This Able pada tahun 2011. Angkie mendirikan yayasan ini karena dirinya juga seseorang dengan disabilitas pendengaran yang kesulitan mencari pekerjaan.
Fanny Evrita selaku Senior Vice President (SVP), Operations This Able, mengatakan This Able telah memberikan pelatihan tentang dunia kerja kepada teman-teman dengan disabilitas . “Sejauh ini, This Able telah melatih lebih dari 1,500 teman-teman dengan disabilitas untuk bekerja di berbagai sektor industri di Indonesia.” Salah satu misi This Able juga mendorong kerpecayaan diri para teman disabilitas agar dapat mengeluarkan potensi yang mereka miliki. This Able juga ingin agar teman-teman disabilitas memiliki citra yang mandiri dan berdaya.
Pelatihan kerja yang diberikan oleh This Able berupa vokasi dan profesional. Pelatihan vokasi yang ada termasuk menjari terapis pijat, mencuci mobil hingga menjadi cleaning service agar mereka dapat bersaing dengan industri yang ada melalui keahlian yang mereka bisa. Tak ketinggalan pelatihan profesional yang diberikan oleh This Able juga sangat penting, mereka mengajarkan kelas jasa pelayanan, dan pelatihan administrasi seperti penggunaan Microsoft Office dan program kantoran lainnya.
Adanya pandemi ini, membuat This Able tidak dapat mengadakan pelatihan on site, namun mereka menyediakan kelas pelatihan online seperti Tech to Empower: Digitally Ready Entrepreneurs yang ditujukan untuk wirausahawan dan non-wirausahawan yang ingin membangun bisnis di masa pandemi. This Able juga menawarkan kelas daring bahasa Inggris, hingga cara berpakaian yang baik. Melalui program-program yang ada.
Beberapa teman-teman disabilitas yang telah mengikuti pelatihan This Able kini telah bekerja dengan berbagai profesi dari back-office admin, marketing admin, hingga service desk di perusahaan ternama di Indonesia.
Memang, Fanny Evrita mengatakan, saat ini Indonesia telah memiliki banyak kemajuan dalam menerima teman-teman dengan disabilitas di dunia kerja, namun hal itu masih perlu ditingkatkan.
“Lowongan yang terbuka masih rendah, tapi apabila kita menoleh ke belakang pastinya sudah mulai ada perkembangan baik dengan kerjasama rekan-rekan komunitas dan organisasi disabilitas untuk meningkatkan kesadaran sensitivitas disabilitas di lintas sektor,” ujarnya.
Kopi Tuli
Ingin membangun dan memberdayakan orang-orang dengan disabilitas pendengaran
Kopi Tuli memberikan nuansa yang baru di dunia makanan dan minuman Indonesia, karena konsep mereka yang unik, yaitu memiliki tim dengan disabilitas pendengaran. Kopi Tuli awalnya diinisiasi oleh Mohammad Adhika Prakoso dengan dua sahabatnya, Putri Santoso dan Trierwinsyah Putra yang mengalami kesulitan mencari pekerjaan di berbagai perusahaan. “Permasalahannya, adalah di Indonesia beberapa teman-teman tuli sulit mendapat pekerjaan karena masyarakat masih awam, dan hambatan teman tuli adalah komunikasi,” ujar Mohammad Adhika. Mereka pun berniat membangun tempat yang meberdayakan teman-teman disabilitas dengan mengusung ide cafe yang bernama Kopi Tuli yang hadir di Jakarta pada tahun 2018.
Kopi Tuli mengangkat tiga nilai penting, yaitu mengedukasi dan menjembatani komunikasi dan sosialisasi teman dengar dan teman tuli seperti memberikan kelas daring untuk belajar bahasa isyarat, meningkatkan kesadaran dan ruang interaksi kepada teman tuli dan teman dengar, dan terakhir adalah kemanusiaan yang mendukung teman-teman tuli agar dapat berdiri mandiri dalam segi ekonomi. Mereka pun juga ingin membantu teman-teman dengan disabilitas untuk terus berkembang, terutama dalam industri food and beverages.
Dalam membangun Kopi Tuli, tantangan yang dihadapi oleh Mohammad Adhika tak lain sama dengan kedai kopi, yaitu melatih orang-orang agar menjadi barista yang handal agar dapat menyajikan kopi yang baik. “Teman-teman Tuli mempunyai kemampuan sangat luar biasa, mereka sangat memahami praktek dan cepat sekali. Sayangnya mereka masih belum paham teori jadi co-foundernya tetap mengajari teman-teman Kopi Tuli dengan sabar dan tulus,” ujarnya.
Dengan membangun komunitas yang menerima teman-teman dengan disabilitas tuli, tim Kopi Tuli mendapatkan banyak apresiasi dari masyarakat luas. Mohammad Adhika, selaku co-founder Kopi Tuli juga mengatakan bahwa mengedukasi masyarakat mengenai teman tuli masih memiliki perjalanan yang lama, dirinya juga berharap bahwa kedepannya, dirinya berharap Indonesia dapat memiliki lingkungan kerja dalam industri apapun yang lebih inklusif dengan cara keterlibatan teman-teman tuli di berbagai industri di Indonesia. “Karena masih belum paham akses, cara komunikasi, fasilitas untuk teman-teman tuli, caranya harus ada teman tuli yang terlibat supaya paham tentang tentang dan tahu apa yang dibutuhkan,” ujarnya. Tim Kopi Tuli juga berharap bahwa ke depannya, mereka ingin membangun cabang agar dapat membantu teman-teman disabilitas lainnya.