Kiat Festival Film di Kala Pandemi
Film adalah salah satu bentuk hiburan yang paling digemari oleh masyarakat Indonesia. Tua, muda, dan anak-anak, semua bersatu di bawah mantra magis layar perak dengan gambar bergeraknya. Dari sekian banyak festival film di Indonesia, Europe on Screen (EoS) menjadi satu-satunya festival film terbesar, terlama, dan konsisten saat ini. Hadir sejak tahun 1990, Europe on Screen menyuguhkan film-film Eropa kontemporer untuk penikmat film Indonesia.
Dari tahun 1990-2019, festival diselenggarakan secara offline. Banyak momen-momen penuh kesan yang tercipta saat festival berlangsung. Mulai dari antrian yang mengular hingga keluar tempat pemutaran saat mengantri untuk mendapatkan tiket, berkejaran dengan waktu untuk berpindah venue dalam rangka mengejar film yang ingin ditonton sehingga tercipta istilah ‘embassy hopping’ oleh para penggemar fanatik EoS, serta ribuan momen lainnya.
Pandemi telah memaksa berbagai festival di berbagai belahan dunia untuk beradaptasi dengan keadaan, baik mengubahnya menjadi virtual atau dalam format hybrid. Semenjak tahun 2020, Europe on Screen harus beradaptasi menjadi festival film virtual, meninggalkan kebiasaan-kebiasaan kecil nan berkesan bagi para penonton. Mengubah festival berskala besar menjadi virtual tidaklah mudah. Berbagai tantangan baru mulai dari segi konten, teknis, publikasi, hingga interaksi dengan penonton menjadi masalah yang dihadapi oleh tim Europe on Screen.
“Merangkai festival film virtual semasa pandemi seperti ini, merupakan pengalaman terbaru dan spesial,” jelas Nauval Yazid, Festival Co-Director Europe on Screen. “Spesial karena kami merasa bangga bisa mengantarkan film-film Eropa terbaru dan terkini ke layar masing-masing penonton dan kami juga belajar banyak mengenai kemungkinan untuk memperluas cakupan skala dan wilayah audiens kami di masa yang mendatang. Berkat dukungan dan partisipasi dari penonton EoS, kami juga berhasil menaikkan angka penontonan meskipun festival berlangsung tanpa tatap muka.”
“Interaksi antara EoS dengan penonton setianya sudah terjalin sejak awal festival kami berdiri, saking dekatnya, bisa dikatakan kami terus bertumbuh bersama mereka” sambung Meninaputri Wismurti, Festival Co-Director Europe on Screen. “Selain kurasi film, interaksi dengan penonton menjadi kunci utama penyelenggaraan sebuah festival film karena keduanya adalah unsur yang saling bergantung dan tidak dapat dipisahkan. Kuratorial sebuah festival film lebih banyak mengikuti selera masyarakat di mana festival tersebut diselenggarakan.”
Selain kurasi film, interaksi dengan penonton menjadi kunci utama penyelenggaraan sebuah festival film karena keduanya adalah unsur yang saling bergantung dan tidak dapat dipisahkan.
Selain itu, format virtual memberikan kemudahan akses bagi khalayak umum. Khususnya bagi para mahasiswa dan pegiat film, untuk turut serta dalam acara lokakarya yang kerap dilakukan setiap tahunnya oleh EoS sebagai wujud kontribusinya bagi industri perfilman Indonesia. Serta, kesempatan bagi sebuah festival untuk mengundang pembicara. Seperti, filmmaker yang filmnya tayang dalam festival tersebut menjadi lebih tinggi sehingga festival tidak hanya memutar film, namun bisa menjadi sebuah wadah bagi audiens dan insan perfilman lokal serta internasional untuk saling bertemu dan bertukar pikiran.
Selama pandemi, traffic internet dan media sosial lebih ramai berkali-kali lipat dibandingkan dengan sebelumnya. Ini juga merupakan peluang bagi para penyelenggara acara untuk berinteraksi dengan penonton dan khalayak umum. Salah satu upaya yang dilakukan oleh Europe on Screen adalah sesi Instagram Live dalam program “Road to EoS 2021” bersama para kurator festival film di Eropa seperti Elles Tournent Women Film Festival, Locarno International Film Festival, distributor film lokal seperti CBI Pictures, dan sekolah film yaitu SAE Institute.
Selama pandemi, traffic internet dan media sosial lebih ramai berkali-kali lipat dibandingkan dengan sebelumnya. Ini juga merupakan peluang bagi para penyelenggara acara untuk berinteraksi dengan penonton dan khalayak umum.
“Kemampuan untuk beradaptasi menjadi penting disaat-saat seperti ini, tidak hanya bagi para pelaku festival film, namun juga bagi para pelaku industri kreatif lainnya. Memang ada beberapa hal yang harus ‘dihilangkan’ untuk sementara waktu sampai keadaan memperbolehkan, namun yang terpenting adalah bagaimana kita dapat terus menemukan cara baru untuk berkarya dan berproses bersama” ujar Meninaputri Wismurti. “Kami bangga, ditengah keadaan pandemi kami masih dapat hadir dan memutarkan film” tambah Nauval Yazid.
Tahun ini, Europe on Screen ke-21 hadir dari tanggal 15-27 September 2021 secara online melalui festivalscope.com. Tidak hanya pemutaran film, kamu juga dapat berpartisipasi dalam lokakarya dan bincang-bincang bersama filmmaker dan praktisi perfilman Eropa. Informasi lebih lanjut mengenai EoS bisa diakses melalui media sosial serta situs www.europeonscreen.org untuk mengetahui informasi terkini seputar penyelenggaraan festival tahun ini.