JAFF ke-19 Rayakan Transformasi Sinema Indonesia
Dengan mengusung tema “Metanoia” yang berarti transformasi, kebangkitan, dan refleksi, Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) ke-19 menghadirkan sinema Asia dalam kemegahan barunya. Digelar dari 30 November hingga 7 Desember 2024, JAFF kali ini menyajikan panggung bagi sinema Indonesia yang digadang-gadang mengalami pertumbuhan pesat. Meski mendapat banyak perhatian, industri sinema kita masih menghadapi tantangan besar untuk memastikan bahwa euforia ini bukan hanya sebuah momen sesaat, melainkan sebuah langkah menuju posisi yang lebih serius di panggung internasional.
Sinema Indonesia di Panggung Utama
Tahun ini, untuk pertama kalinya, JAFF memilih dua film Indonesia sebagai pembuka dan penutup festival: Samsara karya Garin Nugroho dan 1 Kakak 7 Ponakan karya Yandy Laurens. Keputusan ini memperlihatkan JAFF yang ingin memberikan sorotan lebih pada sinema lokal. Pilihan ini bukan sekadar strategi untuk meraih perhatian, tetapi menunjukkan bahwa sinema Indonesia siap mengisi posisi penting dalam festival internasional.
Dengan angka penonton yang terus meningkat dan prestasi di berbagai festival global, sinema Indonesia berada di momen yang tepat untuk menapaki panggung dunia. Ini bukan sekadar kebanggaan domestik, tetapi kesempatan untuk mengokohkan kualitas dan daya saing di level yang lebih tinggi. Langkah ini memberi sinyal bahwa industri film kita tidak hanya berfokus pada pujian lokal, tetapi juga siap memperjuangkan pengakuan dan reputasi di tingkat global.
JAFF Market: Kolaborasi untuk Masa Depan Industri Film
Di JAFF19, untuk pertama kalinya juga hadir JAFF Market, yang berlangsung pada 3-5 Desember 2024 sebagai ruang kolaborasi baru bagi sineas Indonesia. Inisiatif ini menunjukkan bahwa JAFF tidak hanya berfokus pada festival film semata, tetapi juga membangun fondasi yang kuat bagi pertumbuhan industri film. JAFF Market menawarkan ruang bagi pelaku industri untuk bertukar ide, berkolaborasi, dan mewujudkan gagasan-gagasan inovatif.
JAFF Market diharapkan menjadi lebih dari sekadar tempat bertemu; ini adalah arena di mana gagasan-gagasan besar dapat dilahirkan, serta kolaborasi nyata dapat terwujud. Dalam industri film yang sering kali membutuhkan dukungan nyata, JAFF Market memberikan peluang bagi sineas dan produser untuk menjalin hubungan jangka panjang yang berfokus pada dampak berkelanjutan. Inilah waktu bagi Indonesia untuk menunjukkan bahwa kita bisa menjadi pusat inovasi film yang relevan di Asia, dengan kolaborasi sebagai kunci utama.
Momen untuk Berbenah, Bukan Sekadar Pesta
JAFF 19 menampilkan 180 film dari 25 negara, mencerminkan kekuatan Asia dalam merangkul keberagaman cerita dan kreativitas. Di Main Competition, terdapat 12 film panjang dari berbagai negara Asia yang bersaing untuk meraih Golden dan Silver Hanoman Awards. Kehadiran film Indonesia di festival ini menjadi kebanggaan, namun juga membawa tantangan untuk memastikan bahwa kita tidak hanya merayakan kehadiran, tetapi juga meningkatkan kualitas dan profesionalisme di balik layar.
Industri sinema Indonesia harus menunjukkan kualitas yang dapat bersaing, tidak hanya dalam konteks lokal, tetapi juga di panggung internasional. Melalui kompetisi seperti Light of Asia dan Indonesian Screen Awards, sineas Indonesia memiliki peluang untuk membuktikan bahwa karya-karya lokal mampu menginspirasi dan diakui oleh negara-negara lain di Asia. JAFF19 memberikan panggung yang tepat untuk evaluasi dan refleksi, sehingga sinema Indonesia dapat terus tumbuh dan berkembang.
Komitmen Nyata Pengembangan Sinema Lokal
Sebagai venue utama, Cinema XXI sekali lagi mendukung pelaksanaan JAFF, memperlihatkan komitmen mereka dalam mendukung sinema lokal. Dukungan ini bukan sekadar formalitas, tetapi langkah nyata untuk memberi ruang lebih bagi karya-karya lokal di layar lebar. Dengan dukungan yang konsisten, Cinema XXI membantu menciptakan pengalaman menonton yang berkualitas dan memperluas jangkauan film Indonesia, sebuah langkah penting untuk memperkuat posisi sinema Indonesia di pasar dalam negeri.
Selain itu, kolaborasi dengan Netflix melalui REEL LIFE Film Camp juga memperlihatkan bahwa JAFF berkomitmen untuk mendukung regenerasi dan pengembangan talenta baru. Melalui pelatihan yang disusun oleh para profesional industri, REEL LIFE membuka peluang besar bagi para talenta muda untuk mengeksplorasi bakat mereka di panggung yang lebih luas. Kolaborasi semacam ini diharapkan tidak berhenti pada satu kali pelatihan, melainkan menjadi program berkelanjutan yang dapat terus melahirkan sineas berbakat untuk masa depan industri film Indonesia.
Sinema Indonesia di Batas Zona Nyaman: Siapkah Kita Menantang Asia?
Dengan berbagai program spesial seperti Cinematic Concert dan Sneak Peek, JAFF 19 menghadirkan nuansa kaya dan dinamis yang mencerminkan keberagaman sinema Indonesia. Ini bukan sekadar perayaan, tetapi juga ajakan bagi sineas lokal untuk berani keluar dari zona nyaman dan berkompetisi di tingkat internasional. JAFF19 memberikan kesempatan bagi film-film Indonesia baru seperti Jumbo dan Qodrat 2 untuk dikenal lebih luas, sebagai bagian dari upaya menembus batas domestik.
Festival ini adalah ujian bagi industri film Indonesia untuk menunjukkan kesiapan mereka bersaing di Asia. Dengan menampilkan program-program berkualitas tinggi, JAFF 19 menjadi bukti bahwa Indonesia memiliki talenta dan potensi besar yang layak diakui. Tantangan ke depan adalah menjaga konsistensi dan meningkatkan standar, sehingga sinema Indonesia benar-benar siap menjadi kekuatan besar di panggung internasional.
Tema "Metanoia" dalam JAFF 19 bukan hanya slogan semata, tetapi harus menjadi panggilan bagi industri sinema Indonesia untuk bertransformasi dan terus berbenah. Di balik festival ini, terdapat peluang emas untuk membuktikan bahwa sinema kita memiliki kekuatan yang setara dengan sinema Asia lainnya.
JAFF 19 adalah cermin bagi industri film Indonesia untuk menilai diri. Sinema kita memiliki kesempatan besar untuk bangkit dan mendunia, namun hanya dengan komitmen, kolaborasi, dan kualitas yang konsisten, kita benar-benar bisa menjawab tantangan ini. Melalui JAFF, kita tidak hanya merayakan karya, tetapi juga mengevaluasi langkah ke depan.