Ting! Arak Bali Siap Mendunia: Kebangkitan Warisan Tradisional Dengan Spirit Modern

Arak Bali, minuman tradisional yang telah menjadi bagian budaya Indonesia selama berabad-abad, kini sedang mengalami kebangkitan. Dengan peluncuran merek seperti Marak dan Ark, arak Bali tidak lagi hanya menjadi simbol tradisi, tetapi juga mencoba menembus pasar modern sebagai produk artisan yang siap bersaing di kancah global. Dari Desa Tri Eka Buana di Sidemen hingga House of Marak di Nusa Dua, perjalanan arak sebagai warisan yang dihidupkan kembali menyajikan cerita yang kaya dan relevan untuk generasi baru.

Arak Bali memiliki sejarah panjang sebagai minuman lokal yang identik dengan ritual budaya dan kehidupan sehari-hari masyarakat Bali. Namun, reputasinya sempat tergerus oleh waktu dan modernisasi. Kini, arak kembali tampil di panggung utama, berkat inisiatif dari brand seperti Marak dan Ark yang memadukan tradisi dengan teknologi modern.

“Ada satu gerakan yang menurut saya bagus khususnya untuk pulau Bali, di mana revival daripada arak ini sudah dimulai sejak 4 tahun yang lalu. Proyek Marak ini perjalanannya panjang dan memang this is for Bali,” ungkap Leonard Theosabrata, Creative Director Marak dan Ark.

Desain dan filosofi Marak, misalnya, mencerminkan akulturasi budaya Bali dan Tionghoa. Botol keramik berwarna biru yang elegan terinspirasi dari Kawah Ijen, membawa estetika yang kuat sekaligus fungsional sebagai hadiah atau koleksi. Sementara itu, filosofi "Nyama Kelihan" yang berarti “Saudara Tua” —penghormatan kepada komunitas Tionghoa di Bali—menunjukkan bahwa arak tidak hanya sekadar minuman, tetapi juga sarana pelestarian budaya.

Dari Desa ke Dunia

Di Desa Tri Eka Buana, Sidemen, terletak distillery Marak yang memberdayakan petani lokal untuk memproduksi tuak kelapa berkualitas tinggi sebagai bahan utama arak. Dengan pendekatan micro-processing dan kerja sama komunitas, distillery ini tidak hanya menghasilkan produk premium tetapi juga menciptakan dampak sosial yang positif. "Sudah saatnya produk arak kita bisa bersaing di kancah internasional," kata Komang Wena Wahyudi, seorang penggiat arak.

Perjalanan arak dari desa ke dunia juga didukung oleh standar distilasi modern yang menjaga kemurnian dan cita rasa. Dengan perpaduan teknologi canggih dan bahan baku lokal, produk seperti Marak dan Ark membuktikan bahwa arak Bali layak duduk sejajar dengan tequila, rum, atau whisky di bar-bar global.

Ruang Sosial Baru

Salah satu faktor yang mendorong kebangkitan arak adalah integrasinya ke dalam ruang sosial modern. House of Marak di Nusa Dua menjadi flagship outlet yang bukan hanya tempat menikmati arak, tetapi juga ruang seni dan budaya. Dengan bar berbentuk heksagonal yang ikonik dan instalasi fotografi karya Gung Ama yang menampilkan akulturasi budaya Bali-Tionghoa, House of Marak menciptakan pengalaman multidimensi bagi pengunjung.

Menariknya, arak juga mulai muncul sebagai bahan utama dalam koktail modern, menunjukkan fleksibilitasnya di dunia kuliner. Kreasi seperti Arja (perpaduan Marak, sirup rosella, jahe segar, dan sari jeruk nipis) atau Baligroni (versi lokal Negroni menggunakan Marak) menjadi bukti bahwa arak mampu menjadi favorit di meja bar dan restoran mewah.

Dengan pertumbuhan industri spirit global yang terus meningkat, arak Bali berada di posisi strategis untuk menjadi ikon internasional. Popularitas produk lokal yang ramah lingkungan dan berbasis komunitas menjadi nilai tambah di tengah meningkatnya minat global terhadap keberlanjutan. Marak, dengan kemasan estetik, kualitas tinggi, dan cerita budaya yang kuat, siap menjawab kebutuhan pasar yang mencari produk unik dengan nilai lebih.

Ting! Bersulang Ala Indonesia
Sebagai bagian dari upaya memperkenalkan arak ke panggung global, Leonard Theosabrata, Creative Director Marak, menciptakan "Ting!" sebagai versi Indonesia dari istilah "Kanpai!" atau "Cheers!" yang sudah dikenal secara internasional. Kata ini tidak hanya mudah diingat tetapi juga memiliki nuansa yang unik dan menggugah semangat kebersamaan.


"'Ting!' bukan hanya tentang bersulang, tetapi juga simbol semangat berbagi cerita, budaya, dan kebahagiaan dalam setiap momen," ujar Leonard. Dengan memperkenalkan istilah ini, Leonard berharap "Ting!" dapat menjadi bagian integral dari pengalaman menikmati arak, baik di Indonesia maupun di luar negeri.


Simbol Tradisi dan Inovasi

Kebangkitan arak Bali adalah refleksi bagaimana tradisi dapat bertahan dan berkembang di dunia modern. Dengan inisiatif seperti Marak, arak tidak hanya melestarikan warisan budaya, tetapi juga menciptakan ruang baru di pasar global. Baik sebagai pilihan minuman premium, medium ekspresi budaya, atau sarana pemberdayaan lokal, arak kini telah melampaui fungsi tradisionalnya, menjadi simbol Indonesia yang autentik dan relevan.

Di balik setiap botol arak, terdapat cerita tentang sejarah, komunitas, dan inovasi. Dengan momentum yang terus tumbuh, arak Bali mungkin saja menjadi spirit modern yang mewakili Indonesia di panggung dunia.

Previous
Previous

ADGI Design Week 2024: Desain Grafis Sebagai Katalis Perubahan

Next
Next

JAFF ke-19 Rayakan Transformasi Sinema Indonesia