Jadi Kreator Konten Di TikTok, Susah Atau Mudah?
TikTok kini tidak sekadar menjadi sebuah media sosial untuk berekspresi saja tapi juga menjadi medium untuk berbisnis. Buktinya, banyak para kreator konten telah berhasil mengambil keuntungan dari berbagai video yang mereka unggah di akun TikTok-nya. Dengan strategi yang tepat, konten-konten tersebut dapat menjadi viral yang akhirnya menggugah para pengiklan untuk menggunakan jasa para kreator. Lalu, bagaimana caranya agar dapat menjadi seorang kreator konten yang menghasilkan?
Sebuah akun memasak bernama @queerkunoichi di TikTok telah mencuri perhatian banyak orang termasuk para pengiklan. Stacey, figur di balik akun ini pun mengakui bahwa awalnya ia tidak pernah berpikir untuk mencari keuntungan. Masa karantina karena pandemi membuatnya lebih kreatif dan mendorongnya untuk menyalurkan hobi memasak. Menariknya, karena ia menyukai budaya Jepang, akhirnya semua video memasaknya pun berkaitan erat dengan budaya tersebut. Mulai dari resep-resep masakan Jepang hingga estetika video yang berhubungan dengan animasi Jepang. Inilah yang akhirnya Stacey pelajari tentang membuat konten untuk TikTok yang menuntunnya mendapatkan penghasilan.
“Menurut saya, para kreator harus menemukan ciri khas diri masing-masing. Jadi, ia akan lebih mudah diidentifikasi oleh banyak orang karena keunikan yang berbeda dengan kreator lainnya. Contohnya, ada teman kreator saya yang suka sekali dengan daging. Ia mengulik tentang daging hingga ke hal-hal yang tidak lumrah. Ini menjadi peluangnya untuk mudah diingat oleh audiens karena ia berbeda.” Jelas Stacey yang memiliki 800 ribu lebih penggemar di akun TikTok.
Mayoritas pengguna TikTok adalah generasi z. Tentu saja pendekatan yang harus dilakukan oleh para kreator harus disesuaikan dengan minat mayoritas jika video yang dibuat mau tersebar-luas. Selain konten yang unik dan berbeda dari konten lainnya, aspek lain yang harus diperhatikan adalah durasi video. Stacey meyakini bahwa para audiens TikTok mencari video dalam durasi singkat dan mudah dicerna. Jadi, ini tantangan untuk para kreator untuk membuat konten yang padat dan singkat agar para audiens terus menunggu konten-konten mereka berikutnya. Meskipun sekarang video yang bisa diunggah di TikTok sudah bisa mencapai 3 menit, tapi menurut Stacey akan lebih baik jika para kreator memertahankan durasi yang singkat namun jelas.
Stacey melanjutkan, “Para kreator konten harus memikirkan bagaimana kontennya bisa masuk ke halaman For You. Barulah dengan begitu mereka bisa bersaing dengan konten kreator lainnya. Sudah banyak sekali sekarang kreator baru. Apalagi kreator yang membuat video masak-masak. Jadi kembali ke pertama yang saya bilang, harus ada ciri khas yang membedakan sehingga bisa viral dan masuk ke halaman For You. Dari 2019, TikTok sebenarnya sudah ramai. Apalagi sekarang. Banyak orang mendapatkan referensi lewat TikTok.”
Faktanya, TikTok mulai ramai pengunjung ketika pandemi terjadi dan masyarakat harus menemukan sesuatu yang bisa menghiburnya di rumah. Sebagian orang yang lelah dengan konten terlalu serius, yang membicarakan soal Covid-19, seakan “kabur” ke TikTok. Di sana, ia bisa melihat sesuatu yang lucu dengan durasi yang singkat dan mudah dicerna. TikTok menjadi sebuah angin segar di kenyataan kehidupan yang begitu menantang. Ke depannya, akan semakin banyak konten yang beragam di TikTok. Pasti tidak hanya yang sekadar lucu saja, tapi mungkin akan ada yang sifatnya memberikan edukasi. Meskipun begitu, konten-konten dengan tema tersebut harus tetap mengikuti realita TikTok dengan audiens generasi z. Mereka memiliki kebiasaan untuk mengonsumsi sesuatu yang instan. Maka, video yang akan lebih diterima dan mudah terdistribusi oleh algoritma TikTok adalah konten yang sesuai dengan perilaku para audiens.