Kisah Ikon Gaya Hidup Urban Jakarta Diterpa Pandemi

Geometry-Aksara_Kinosaurus.jpg

Penghujung 2020 menjadi awal baru bagi toko buku independen Aksara dan mikro-sinema Kinosaurus dengan pindahnya ruang fisik mereka ke Dia.lo.gue Artspace. Kini Aksara menempati salah satu sudut di Dia.lo.gue dan Kinosaurus menempati area outdoor untuk kegiatan-kegiatan screeningnya.

Adinda Simanjuntak, Direktur Aksara menceritakan bagaimana pandemi membuat Aksara betul-betul terbatas dalam berkegiatan dan memperoleh revenue, mengingat daya tarik Aksara adalah ruang fisik, yang tidak serta-merta beralih ke digital menjadi jalan keluar, sedangkan ada biaya sewa tempat yang harus dibayar. “[Agustus] It’s become clear, kalau untuk keep holding into that place sama saja bleeding to death.” Baik Aksara maupun Kinosaurus telah mempersiapkan untuk menggunakan platform online sebagai pilihan yang mau tidak mau harus dijalankan, Aksara dengan aksara.com dan Kinosaurus dengan virtual cinema. “Ternyata, reaksi ketika kita mengumumkan [pada bulan November] bahwa kita akan keluar dari Kemang Raya 8B itu luar biasa — karena orang tahu gedung itu memang Aksara selama 20 tahun.”

Karena orang tahu gedung itu memang Aksara selama 20 tahun.

We were doing great, 2018 kita bilangnya reborn dan semangatnya bagus sekali karena berada dalam satu gedung partner-partner sangat memperkaya energi disitu.” ucap Adinda. “Sebetulnya sudah sangat ideal pada waktu itu.” Tiga tahun ke belakang, Aksara berfokus pada managing the building dan event-event, membuat ruang komunal tersebut makin ramai pengunjung. Pada tahun 2018, Aksara menutup seluruh jaringan ritelnya di Pacific Place, Plaza Indonesia, dan Cilandak Town Square, dan hanya memfokuskan kegiatan di Kemang. Beberapa usaha yang menempati gedung yang sama adalah kios kopi Ruang Seduh, kedai es krim, toko cuci film analog Lab Rana, dan toko piringan hitam LaLa Records.

Dia.lo.gue tanpa ragu menawarkan bantuan, mengingat keduanya respect satu sama lain. “You can have your online thing, but do the physical thing here, at our place.” ucap Adinda saat menirukan tawaran Engel Tanzil, sang pemilik Dia.lo.gue. Adinda menyambut baik dan bersyukur karena merasa bahwa itu adalah shelter yang cocok — blessing in disguise. Saat ini dengan Dia.lo.gue, Aksara, dan Kinosaurus berada di satu atap, ketiganya bersemangat akan sinergi dan kolaborasi antar komunitas di masa depan. Rencananya ke depan akan mengadakan kegiatan yang berkaitan dengan children creativity, sastra, workshop terkait film, dan serta menyewakan Kinosaurus untuk acara-acara kecil kecil. Adinda berharap yang terpenting adalah saling membantu dan bisa melihat value over money dalam situasi yang menyulitkan semua.

Previous
Previous

Pesan Kesehatan Mental dan Body Positivity Lewat Pakaian

Next
Next

Peran Komunitas Darahkubiru di Balik Brand Denim Bluesville