Teater Koma Hadirkan Karya Naskah Terakhir dari N. Riantiarno Dalam Pertunjukan Matahari Papua: Saatnya Merdeka dari Naga
Teater Koma didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation akan menghadirkan produksi terbarunya yang bertajuk Matahari Papua. Lakon yang menjadi produksi ke-230 dari Teater Koma ini merupakan naskah terakhir yang ditulis oleh (Alm) Norbertus Riantiarno, atau biasa dipanggil Nano Riantiarno atau N. Riantiarno.
Pentas produksi ke-230 Teater Koma kali ini akan disutradarai oleh Rangga Riantiarno dan co-sutradara Nino Bukir, didukung oleh tata artistik dan multimedia Deden Jalaludin Bulqini, tata musik Fero A. Stefanus, tata rias Subarkah Hadisarjana, tata busana Rima Ananda Omar, tata rambut Sena Sukarya, tata cahaya Deray Setyadi, tata gerak Ratna Ully, tata suara Bona, pandu vokal Ajeng Destrian, rancang grafis Saut Irianto Manik, pimpinan produksi Rasapta Candrika dibantu oleh pengarah teknik Tinton Prianggoro serta manajer panggung Sari Madjid Prianggoro dan produser Ratna Riantiarno.
Dengan menampilkan Tuti Hartati, Lutfi Ardiansyah, Joind Bayuwinanda, Netta Kusumah Dewi, Daisy Lantang, Bayu Dharmawan Saleh, Sir Ilham Jambak, Sri Qadariatin. Ada pula Zulfi Ramdoni, Angga Yasti, Rita Matumona, Dana Hassan, Adri Prasetyo, Andhini Puteri, Dodi Gustaman, Indrie Djati, Pandu Raka Pangestu, Hapsari Andira, Radhen Darwin, Edo Paha, dan masih banyak lagi aktor handal lainnya.
Pertunjukan Matahari Papua juga menjadi salah satu pertunjukan yang amat berkesan bagi Teater Koma, karena merupakan naskah terakhir yang ditulis oleh (Alm) Norbertus Riantiarno, atau biasa dipanggil Nano Riantiarno atau N. Riantiarno. Tak hanya itu, pertunjukan ini juga diselenggarakan berdekatan dengan hari lahir N. Riantiarno pada 6 Juni.
Pertunjukan ini juga menjadi pertunjukan pertama Teater Koma kembali di Graha Bhakti Budaya, setelah beberapa tahun terakhir ini harus berpindah tempat karena renovasi dan situasi pandemi.
“Kembalinya kami tampil di Graha Bhakti Budaya tentunya menjadi sebuah kesan tersendiri karena tempat ini memiliki sejarah dan menjadi saksi bagi beragam pertunjukan dari Teater Koma. Kini kami kembali meski tanpa kehadiran Mas Nano. Tapi sosok sang guru, bapak, saudara, sahabat itu akan selalu menyertai di hati kami. Wejangan dan ajarannya senantiasa hadir di tiap gerak kami. Karena kami tidak akan pernah berhenti bergerak, tidak pernah titik, selalu Koma,” ujar Ratna Riantiarno yang juga berperan sebagai produser.
Matahari Papua berlatarkan tempat di wilayah Kamoro, Papua yang mengisahkan seorang pemuda bernama Biwar tumbuh dewasa, di bawah asuhan sang Mama, Yakomina, dan didikan Dukun Koreri. Saat mencari ikan, Biwar menolong Nadiva dari serangan Tiga Biawak, anak buah Naga, yang meneror Tanah Papua.
Biwar bercerita kepada Mamanya, sang Mama justru mengisahkan memori pahit. Papa dan tiga paman Biwar ternyata mati dibunuh Naga. Mama, yang sedang mengandung, lolos lalu melahirkan Biwar. Biwar bertekad balas dendam, membunuh Sang Naga. Apakah Biwar mampu membunuh Naga?
Rangga Riantiarno selaku Sutradara pun menceritakan pada konferensi pers di Galeri Indonesia Kaya pada 29 Mei lalu, bahwa naskah Matahari Papua pertama kali ditulis oleh Alm. N. Riantiarno pada tahun 2014 dan sempat ditampilkan dengan judul “Cahaya dari Papua” dan berdurasi 45 menit. Setelahnya Alm. N. Riantiarno mengembangkan naskah tersebut dengan menambahkan sosok-sosok penting lainnya hingga akhirnya Matahari Papua akan ditampilkan dengan durasi 2 jam tanpa interval di Graha Bhakti Budaya mendatang.
“Naskah panjang terakhir ini menjadi bukti nyata dedikasi dan semangat tak kenal lelah Pak Nano dalam berkarya, bahkan di masa-masa sulit. Karyanya terus menyinari dunia teater Indonesia dan meninggalkan warisan yang akan selalu dikenang,” pungkas Rangga.
Matahari Papua dipentaskan Jumat, 7 Juni 2024, pukul 19.30 WIB; Sabtu, 8 Juni 2024, pukul 13.00 dan 19.30 WIB; Minggu, 9 Juni 2024, pukul 13.00 WIB; di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki. Info tiket lebih lanjut dapat dilihat pada laman situs www.teaterkoma.org