Meta Forest Society: Dukung Petani Jahe Lewat NFT
Tahun kemarin Non-Fungible Token atau yang akrab kita dengar dengan istilah NFT menjadi salah satu topik yang kerap menjadi bahan perbincangan. Meta Forest Society lantas melihat peluang ini dan berinisiatif untuk turut memberikan dampak sosial melalui teknologi satu ini. Melalui kolaborasi bersama HARA, blockchain yang bergerak dalam bidang pertukaran data di sektor agrikultur, dibentuklah NFT project yang punya nilai manfaat pada sektor pertanian di Indonesia. Meta Forest Society melihat bahwa tren NFT ini juga bisa dimanfaatkan untuk memberikan dampak positif bagi lingkungan sekitar.
Sekilas tentang HARA, mereka juga telah memiliki program Perempuan Tani Harapan Rakyat (Pertahara). Secara sederhana, mereka membagikan bibit jahe kepada para petani perempuan agar mereka bisa mendapat tambahan pemasukan. Dibanding memberikan bantuan dalam bentuk uang tunai, bibit jahe dipilih agar para petani bisa menghasilkan uang dari secara berkelanjutan. Pada bulan Juni 2021 lalu, dari bibit yang diberikan, para petani jahe berhasil memanen 200 ribu kilogram jahe. Tanaman jahe sendiri dipilih karena bisa ditanam kapan saja tanpa melihat musim.
“Saya start NFT project ini sebenarnya kolaborasi dengan HARA. Kami adalah NFT project yang punya manfaat sosial atau kami menyebutnya dengan social impact NFT project. Memang fokus pada bagaimana NFT bisa memberikan dampak pada publik. Kita melihat ini sebagai sebuah tren yang bisa bermanfaat bagi lingkungan sekitar” ungkap Richard Fang, Project Leader Meta Forest Society.
Tentu dalam project ini tidak hanya akan fokus pada social impact yang diberikan tetapi juga tetap memerhatikan peluang NFT sebagai bisnis di kalangan peminat kripto dan NFT. Secara desain, karakter yang dipilih adalah Elf yang digambarkan memiliki penampilan yang mirip dengan manusia. Pendekatan yang digunakan juga lebih komikal dengan tampilan gambar yang lebih lucu, hasil karya dari Met Mangindaan. Meta Forest Society juga punya fitur Elven Quest, di mana para pemilik NFT dapat mengirimkan Elf untuk melakukan quest dan jika telah selesai akan mendapat reward berupa HARA token.
Poin lainnya disamping desain yang juga menjadi perhatian dari NFT adalah keuntungan yang diberikan. Meta Forest Society juga memberikan utility bagi para pembeli NFT mereka. Secara teknis ada yang dinamakan NFT staking. Agar dapat dengan mudah dipahami fitur satu ini dapat dianalogikan seperti deposit uang di bank, jadi memang pada jangka waktu tertentu uang tersebut belum bisa digunakan. NFT staking adalah salah satu cara untuk menurunkan supply untuk meningkatkan harga di pasar. Tentu saja harus ada reward yang bisa didapatkan melalui NFT staking, dalam fitur Elven Quest ini kita tambahkan narasi cerita dengan memberikan narasi cerita untuk mendapatkan keuntungan berupa HARA token.
Setelah project Meta Forest Society ini dijalankan, memang kendala pertama yang dihadapi adalah dari segi logistik. Mengubah Etherium menjadi bibit jahe yang bisa dibagikan kepada para petani perempuan. Tantangan berikutnya adalah masa panen jahe yang memerlukan waktu cukup panjang. Idealnya 9-12 bulan. Saat ini Meta Forest Socirty sedang berusaha meningkatkan frekuensi penanaman bibit, sehingga para petani jahe tidak harus menunggu terlalu lama untuk sampai ke masa panen selanjutnya.
Dalam waktu dekat Meta Forest Society juga akan merilis koleksi female version dari NFT mereka. Selain itu juga koleksi Monster NFT yang masih dalam tahap perancangan dan diskusi lebih lanjut.
“NFT ini kan memang masih baru ya dan tergolong sesuatu yang mungkin susah dipahami karena kripto ini sendiri juga di Indonesia masih belum terlalu umum NFT apalagi, tapi yang sekarang hype itu kan NFT ya karena Ghozali. Jadi orang punya ekspektasi tertentu terhadap NFT padahal NFT itu bukan gambar tapi itu kan token dan itu hanyalah salah satu bagian dari teknologi yang kebetulan sekarang dengan teknologi ini kreator tidak perlu middle man jadi mungkin ketika memang mau nyobain NFT paling bagus memang coba bikin dan coba beli.” Pungkas Richard.