Gita Sjahrir: Kegagalan Adalah Modal
Banyak orang takut berbisnis karena takut akan risiko kegagalan. Padahal tidak berbisnis pun ia bisa menemukan kegagalan karena sebenarnya tidak ada akan ada kata sukses jika tidak ada kata gagal. Begitu pula yang disampaikan oleh Gita Sjahrir, CEO R Fitness, “Kesuksesan dimulai dari kegagalan.” Ketika ada yang bertanya pada Gita tentang kegagalan yang pernah dilaluinya, ia justru merasa aneh karena sebagian orang merasa kegagalan adalah sesuatu hal yang besar dengan segala stigma ketakutan yang disematkan pada kata gagal. Sama halnya dengan kata sukses. Segelintir orang yang pernah ia tanyakan tentang arti sukses, kebanyakan tidak bisa menjawab. “Saya tidak begitu peduli dengan kata ‘sukses’. Definisi sukses tidak ada parameternya. Kita seringkali terobsesi dengan kesuksesan padahal kita tidak tahu artinya apa. Sementara kita takut pada kegagalan padahal ia adalah satu-satunya yang bisa dimaknai.” Pungkasnya.
Definisi sukses tidak ada parameternya. Kita seringkali terobsesi dengan kesuksesan padahal kita tidak tahu artinya apa.
Menjelaskan tentang kegagalan, Gita mengibaratkan seperti ketika kita bayi. Sejak kecil kita memulai segala sesuatu dari kegagalan. Mulai dari lahir kita sudah gagal berjalan. Tidak mungkin satu hari lahir langsung bisa jalan. Tidak mungkin juga langsung bisa buang air. Kita gagal menggunakan toilet saat bayi. Artinya setiap hari sebenarnya kita harus gagal. Jika tidak, kita tidak hidup dan berbuat apa-apa karena tidak berusaha mencari cara agar tidak mengalami kegagalan. Sehingga seharusnya kita tidak perlu malu kalau memang menemui kegagalan. Gita sendiri sudah berada di dunia kewirausahaan kurang lebih selama 10 tahun. Beberapa bisnis di awal gagal karena ia merasa memang belum tahu bagaimana caranya jadi CEO hingga akhirnya terjun ke bisnis kebugaran sampai sekarang.
Ia pun memulai bisnis ini bukan karena kecintaan pada dunia kebugaran justru karena pernah berada dalam masa sangat malas berolahraga. Suatu hari ia direkomendasikan untuk lebih sering berolahraga karena dulu pernah mengalami peradangan sendi. Namun setiap kali pergi ke gym, ia merasa semua orang sudah mahir sekali sehingga ia merasa berbeda. Akhirnya ia memulai bisnis ini dengan beberapa pertanyaan: Bagaimana memotivasi orang sepertinya yang bukan dari industri kebugaran? Bagaimana caranya membuat komunitas kebugaran tanpa membuat seseorang insecure dan sebaliknya bisa menambah kepercayaan dirinya?
Sejak 2016, R Fitness sudah merambah ke dunia online. Menurutnya, membuat 100 gym tidak akan menjangkau orang sebanyak online. Jadi ketika pandemi merebak dan ia harus memastikan semua pelanggan serta karyawan aman, keputusan menutup pusat kebugarannya yang ada di 5 lokasi dibuat tanpa ragu. “Saat pandemi saya menyadari sebagian wirausaha sepertinya belum pernah mengalami krisis keuangan sebagai orang dewasa. Kalau kita tanyakan pada orang tua di generasi lalu, mereka sudah beberapa kali merasakan krisis keuangan secara global. Waktu saya masih internship Wall Street saja, sudah terjadi krisis keuangan global di mana banyak sekali yang kehilangan pekerjaan dan ketakutan kehilangan pekerjaan menyelimuti masyarakat. Sehingga menghadapi krisis di masa sekarang sudah tidak bingung. Sayangnya, mereka yang belum pernah merasakan krisis menganggap masa pandemi ini adalah akhir dunia”, cerita Gita.
Kalau kita menolak untuk gagal, buat apa hidup kalau berhenti belajar?
Hidup di dunia selalu penuh dengan trial and error, naik dan turun. Dunia tidak pernah normal, jadi mengapa kita selalu menunggu kapan normal? Dengan perspektif bahwa dunia akan selalu berubah, kita bisa selalu belajar untuk mencari solusi atas perubahan yang terjadi. “Kita punya waktu 365 hari untuk gagal, untuk mengembangkan otak dan pikiran. Kalau kita menolak untuk gagal, buat apa hidup kalau berhenti belajar? Yang perlu kita hentikan adalah memberikan stigma pada diri sendiri soal ketakutan gagal dan hidup terus karena kita tidak punya pilihan lain selain melalui kegagalan tersebut,” kata Gita menambahkan.
Setiap orang memang punya tujuan bisnis yang berbeda-beda. Namun Gita berpendapat bahwa sejumlah pebisnis terkadang seolah dikelabui dengan passion. Gita menjelaskan, “Menurut saya passion itu overrated. Passion seperti jatuh cinta. Kalau kamu menikah kamu tidak akan jatuh cinta setiap hari selama 50 tahun. Pasti ada rasa kesal, putus asa, dan tidak bisa jalan lagi. Lalu bagaimana? Seringnya orang orang menggebu-gebu di tahun pertama, merasa jatuh cinta pada bisnisnya. Lima tahun dari sekarang seorang pebisnis harus bisa lebih dari jatuh cinta karena seperti menikah, it will be more than just falling in love. Misalnya memiliki purpose dan value yang sama. Jadi menurut saya sebenarnya dalam bisnis purpose lebih penting daripada passion.”
Selain itu, Gita juga meyakini seorang pebisnis juga harus tahu kapan harus berhenti. Ia mengamati banyak pebisnis mempertahankan perusahaan hanya karena ego. Biasanya karena takut malu sampai mengaburkan logika. Sedangkan kalau terus mempertahankan sesuatu yang seharusnya dilepas, pebisnis tersebut tidak akan berkembang. Kerap kali, ini terjadi juga karena adalah hubungan yang terlalu emosional dengan perusahaan. Gita menambahkan, “Yang namanya bisnis, pada akhirnya adalah tentang menghasilkan uang. Kita tidak sedang mempertahankan keutuhan rumah tangga. Saya merasa ini yang sering hilang di entrepreneurship karena mencampuradukkan perasaan ke perusahaan. Kita sering meromantisasi entrepreneurship sehingga kehilangan apa yang menjadi tujuan sebenarnya.”
Yang namanya bisnis, pada akhirnya adalah tentang menghasilkan uang. Kita tidak sedang mempertahankan keutuhan rumah tangga. Saya merasa ini yang sering hilang di entrepreneurship karena mencampuradukkan perasaan ke perusahaan. Kita sering meromantisasi entrepreneurship sehingga kehilangan apa yang menjadi tujuan sebenarnya.
Jika karyawan lebih dari 300 memang butuh pertimbangan yang matang, sulit untuk langsung ditutup begitu saja. Tapi kalau karyawan kurang dari 10, Gita percaya banyak cara yang dapat jadi solusi untuk memperbaiki situasi. Misalnya sebuah restoran bisa beralih ke pesan antar. Cara lainnya adalah hibernasi. Maksudnya adalah jangan melanjutkan bisnis tapi cari uang dulu, bekerja di tempat lain yang bisa menghasilkan keuntungan untuk nanti memulihkan kembali bisnis. Tapi satu yang pasti, para pebisnis harus jujur pada karyawan bahwa perusahaan sedang dalam kondisi sulit dan jujur pada diri sendiri. Hibernasi sebenarnya dapat menjadi sebuah keuntungan untuk para pebisnis melakukan riset ulang, dan belajar dari perusahaan lain. Nantinya kalau sudah memutuskan untuk buka lagi, ia sudah jauh lebih siap, sudah lebih memahami market.