Coretan Masa Kecil Jordan Marzuki
Jordan Marzuki sebelumnya lebih banyak dikenal sebagai otak di balik brand visual The Balletcats yang memproduksi pakaian dan cinderamata seni bertema kucing dan berbau gore. Belakangan, Jordan yang merupakan lulusan Basel School of Design di Swiss ini pun justru lebih banyak berkecimpung di dunia seni dengan menelurkan karya-karya visual mulai dari videografi seperti musik video untuk berbagai musisi tanah air, hingga ilustrasi dan desain grafis.
Tak banyak yang tahu bahwa aktivitas berkesenian Jordan sesungguhnya telah dimulai dari usia dini. Jordan kecil kerap menorehkan gambar-gambar pada kertas yang tampak berbeda dari anak seusianya. Beruntung seluruh gambar-gambar tersebut disimpan dengan baik oleh orangtuanya.
Setelah 20 tahun, Jordan kemudian menapaktilasi karya masa kecilnya. Alih-alih hanya bernostalgia, ia justru mengarsipkan kembali karya-karyanya tersebut ke dalam sebuah format buku yang ia beri judul War, Astronaut, Death, Violence, Floating Mountain and Roman Soldiers.
Didominasi oleh visual tentang kekerasan, kematian, huru-hara, dan peperangan, War, Astronaut, Death, Violence, Floating Mountain and Roman Soldiers menjadi sebuah retrospektif menarik mengenai jalan pikir Jordan Marzuki di masa kecil.
Simak obrolan eksklusif kami dengan Jordan mengenai proses kreatifnya dalam penyusunan buku yang akan dirilis pada 14 Juni mendatang ini.
Apa yang mendasari keinginan Jordan untuk membuat buku ini?
Pertama, saya suka sekali dengan outsider art. Kedua, saya menemukan sisi outsider art pada diri saya pada saat masa kecil, yang tidak pernah ditunjukkan kepada orang selain keluarga saya. Ketiga, hampir semua karya masa kecil saya masih relevan dengan body of work saya sekarang. Ketiga hal itu lah yang kemudian menjadi motivasi saya membuat buku ini.
Apa konsep mendasar dari buku ini?
Buku ini merupakan arsip dari gambar-gambar saya yang dikumpulkan oleh orangtua dari tahun 1990–1999. Jauh dari keindahan atau pun pemandangan gunung, gambar-gambar yang diperlihatkan justru didominasi oleh kekerasan, kematian, absurditas, kerusakan, bahkan sampai program luar angkasa NASA.
Konsep buku ini merupakan semi-artbook dengan narasi yang berusaha jauh dari serius – tetapi dengan pendekatan kritis, humor dan intisari dari buku ini tetap terbuka.
Buku ini merupakan kumpulan gambar yang cukup kelam dari masa kecil Anda, boleh ceritakan bagaimana Jordan kecil dulu? Apakah Anda menganggap diri Anda sebagai dark kid?
Tidak sama sekali. Justru saya sangat ceria – seperti anak lainnya. Saya pernah disetrap karena mengintip rok teman sekelas, saya suka bertamasya dengan orangtua dan kakak serta opa-oma, main Nintendo, bahkan suka berantem (kalau merasa terinjak).
Secara psikologis, bagaimana Anda mendefinisikan psychological state Anda sebagai seorang anak?
Seperti Cartman pada episode Southpark "Scott Tenorman Must Die"
Bagaimana respon orangtua saat melihat Jordan kecil menggambar visual yang cukup kelam itu?
Seingat saya mereka malah tidak membahas visual yang 'dark', tetapi lebih menghargai konteks yang saya gambar. Buku ini bisa sebenarnya ditujukan untuk orangtua agar tidak terlalu cemas dengan pengaruh luar terhadap anaknya – maupun hanya sebatas apresiasi saya terhadap orangtua saya yang telah memberikan kebebasan terhadap saya.
Anda dari kecil sudah suka dengan seni visual, bagaimana Anda membangun sensibilitas seni Anda hingga menjadi Jordan Marzuki yang sekarang?
Dari segi konteks penggambaran kekerasan, sekarang saya tidak lagi bisa. Saya rindu dengan masa kecil saya, yang pada saat mengerjakan sesuatu tidak perlu memikirkan tanggung jawab, opini orang, ataupun approval orang lain. Untuk tau esai saya terhadap pertanyaan ini, kalian bisa beli langsung nanti di www.jordanjordan.co dan di Dia.Lo.Gue Artspace (maaf promosi) pada 14 Juni 2019.
Pilih lima lagu yang pas untuk menjadi soundtrack saat membaca buku ini?
Scaller – Youth
Hans Zimmer (Blade Runner 2049 OST) – Mesa
Doris Wilson – Big Flame
The War on Drugs – Pain
Rufus Wainwright – The Art Teacher