Cina Jadi Negara Desain Nomor Satu, Di Mana Posisi Indonesia?
World Design Rankings (WDR) baru saja merilis peringkat negara desain dunia versi 2024 berdasarkan jumlah peraih penghargaan prestisius A’ Design Award. Dalam daftar terbaru, Cina menduduki posisi puncak, disusul oleh Amerika Serikat, Jepang, dan Italia.
Pertanyaan besar muncul bagi para pelaku industri kreatif di Indonesia: di mana posisi kita dalam lanskap desain global?
Menurut rangking terbaru, Indonesia masih berada di luar daftar 40 besar dengan menempati posisi 43, jauh di bawah negara-negara Asia lainnya seperti Cina, Jepang, Hongkong, Taiwan, Korea Selatan, atau bahkan negara tetangga seperti Singapura, Thailand, dan Malaysia yang masing-masing berada di posisi 21, 38, dan 39. Sebagai negara dengan kekayaan budaya dan kreativitas yang melimpah, hasil ini memunculkan refleksi mendalam: apa yang masih kurang dari desain Indonesia untuk diakui secara global?
Indonesia sesungguhnya memiliki banyak potensi yang dibutuhkan untuk menjadi pemain besar di dunia desain. Dari seni grafis, kriya, hingga arsitektur tradisional, semuanya adalah aset yang luar biasa. Namun, potensi ini sering kali terkendala oleh kurangnya platform untuk menonjolkan karya-karya desainer Indonesia di panggung global.
Dalam beberapa tahun terakhir, desainer Indonesia mulai mendapat pengakuan internasional. Nama-nama seperti ilustrator Kendra Ahimsa, desainer grafis Jordan Marzuki, arsitek Andra Matin, atau desainer produk seperti Alvin Tjitrowirjo berhasil menunjukkan bahwa karya desain Indonesia bisa bersaing. Tapi ini baru permulaan. Dibutuhkan lebih dari sekadar karya brilian untuk benar-benar masuk dalam radar global: strategi branding, inovasi teknologi, dan dukungan industri yang solid adalah kunci.
Apa yang Bisa Kita Pelajari dari Cina?
Kesuksesan Cina tidak datang tiba-tiba. Negara ini memahami bahwa desain bukan hanya soal estetika, tetapi juga tentang inovasi, kolaborasi, dan investasi. Pemerintah Cina secara aktif mendukung komunitas desain melalui pendanaan, pameran internasional, hingga penyediaan infrastruktur seperti inkubator kreatif.
Selain itu, Cina berhasil mengintegrasikan teknologi tinggi ke dalam desain mereka. Dengan kekuatan sebagai pusat manufaktur dunia, desainer Cina mampu menghubungkan kreativitas dengan teknologi untuk menciptakan produk yang tidak hanya cantik, tetapi juga fungsional dan kompetitif di pasar global.
Jika Indonesia ingin bersaing, ada beberapa langkah strategis yang dapat diambil:
1. Edukasi Desain yang Lebih Inklusif
Banyak talenta desain Indonesia yang tersebar di daerah, tetapi akses mereka terhadap pendidikan desain dan teknologi masih sangat terbatas.
2. Dukungan Pemerintah dan Swasta
Industri desain membutuhkan dukungan finansial dan platform untuk menampilkan karya di pasar global, seperti pameran internasional atau kompetisi desain.
3. Pengarsipan Desain
Warisan budaya desain Indonesia harus diarsipkan dan direpresentasikan secara modern agar bisa diterima oleh pasar internasional.
Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi negara desain yang dilirik dunia. Namun, potensi ini hanya akan menjadi angan-angan jika tidak diiringi dengan langkah nyata. Dengan memadukan kreativitas dan strategi yang tepat, tidak ada alasan mengapa kita tidak bisa naik ke daftar 10 besar World Design Rankings dalam beberapa tahun ke depan.
Cina mungkin sedang di puncak sekarang, tetapi pertanyaannya bukan lagi tentang posisi kita di peringkat global, melainkan: apa yang akan kita lakukan untuk mengubahnya?