Arafura Wakili Indonesia di Festival Light to Night Singapore 2025

Arafura, sebuah studio desain multimedia asal Bandung yang mengkhususkan diri dalam video mapping, augmented reality, dan sistem interaktif, akan mewakili Indonesia di “Festival Light to Night Singapore 2025.” Festival tahunan ini, yang diselenggarakan di area Distrik Civic Singapura, menjadi ajang bagi para penggemar seni dari berbagai kalangan dan usia untuk menikmati karya seni, seperti proyeksi cahaya, instalasi seni, serta beragam program menarik lainnya. Tahun ini, Arafura berkesempatan menampilkan projection mapping pada gedung National Gallery Singapore.

Proyek ini bermula dari komunikasi yang diinisiasi oleh National Gallery Singapore setelah mereka menemukan Arafura melalui situs mereka. Setelah serangkaian diskusi dengan tim Arafura, National Gallery Singapore, dan perwakilan seniman yang terlibat, akhirnya tercapai kesepakatan untuk menyamakan visi dan misi dalam kolaborasi ini.

Membawa tema “Do You See Me?”, festival ini mengajak para seniman mengeksplorasi identitas, keberagaman, dan inklusivitas melalui karya yang dapat dinikmati oleh pengunjung dalam beragam medium. Arafura menggabungkan seni dan teknologi melalui karya mereka yang berkolaborasi dengan tiga seniman peraih penghargaan Cultural Medallion, yakni Goh Beng Kwan, Chng Seok Tin, dan Jaafar Latiff. 

Sebagai bagian dari kerja sama ini, Arafura melakukan riset lebih lanjut mengenai karya-karya tiga seniman legendari asal Singapura tersebut, menggali berbagai elemen seperti tema, teknik, dan estetika. Bersama tim dari National Gallery Singapore, kami merancang proyeksi visual yang secara khusus menyesuaikan dengan fasad bangunan galeri, sehingga setiap karya terasa lebih relevan dalam konteks festival tersebut.

Imprinted Memory (Goh Beng Kwan)

Goh Beng Kwan adalah seorang seniman yang dikenal melalui kontribusinya dalam dunia seni Singapura dengan karya-karya kolase abstrak yang memanfaatkan objek-objek di sekitar lingkungannya. Proyeksi cahaya ini dipilih untuk menghidupkan kembali karya Goh Beng Kwan yang mengangkat tema identitas budaya, urbanisme, dan adaptasi terhadap tantangan zaman. Karya ini juga menampilkan elemen-elemen alam Indonesia yang dinamis, seperti pemandangan Bali dan Danau Toba.

Spirit of Resilience (Chng Seok Tin)

Seni bagi Chng Seok Tin adalah medium untuk menyuarakan ketangguhan manusia. Setelah mengalami proses panjang berdamai dengan tragedi yang hampir membuatnya kehilangan penglihatan, serta melalui perasaan kesendirian, marah, putus asa, dan frustrasi, Chng Seok Tin berhasil kembali ke realitas. Arafura menerjemahkan perjalanan artistik Chng Seok Tin melalui animasi air yang mengalir dan transformasi warna, menggambarkan semangat inovasi dan ketangguhannya.

The Perception of Beauty (Jaafar Latiff)

Melalui medium batik, Jaafar Latiff adalah seorang pelukis yang dikenal melalui pendekatan yang inovatif. Jaafar Latiff juga berkontribusi di dunia seni melalui aspek pendidikan sebagai seorang pendidik yang mengajar di berbagai institusi. Diantaranya Baharuddin Vocational Institute, LASALLE College of the Arts, dan Nanyang Academy of Fine Arts. Arafura menerjemahkan karya-karya Jaafar Latiff dalam mendobrak batas seni batik tradisional melalui karya proyeksi cahaya. Menggabungkan pola abstrak, air yang mengalir, dan elemen tekstur dinamis untuk merayakan evolusi seni batik dalam konteks modern.

Proses persiapan kolaborasi ini memakan waktu sekitar enam bulan, dimulai dari riset, pembuatan storyboard, pengembangan aset ilustrasi, animasi, hingga desain suara. Setiap detail pada setiap tahapan ini sangat penting untuk memastikan bahwa karya projection mapping yang dihasilkan tidak hanya memberikan pengalaman visual yang menarik, tetapi juga menghormati karya para seniman, merespons bentuk bangunan galeri, serta menciptakan ruang apresiasi bagi pengunjung dan seniman. Karya projection mapping Arafura di gedung National Gallery Singapore pada 17 Januari - 6 Februari 2025, setiap malam pukul 20:00 - 00:00 SGT.

Previous
Previous

Siapa Berhak Sandang Gelar ‘Chef’?

Next
Next

Cina Jadi Negara Desain Nomor Satu, Di Mana Posisi Indonesia?