Catch Me If You Can: The Musical, Teater Musikal yang Siap Mengguncang Jakarta dan Merayakan Makna Keluarga
Jakarta Art House, komunitas seni pertunjukan nirlaba, siap mengguncang dunia teater Indonesia dengan produksi “Catch Me If You Can: The Musical”, yang akan tampil pada 22-24 November 2024. Dengan menyuguhkan kisah legendaris Frank Abagnale Jr. Jakarta Art House tidak hanya menghadirkan hiburan, tetapi juga refleksi mendalam mengenai keluarga, peran ayah, dan pencarian identitas diri.
Menantang dengan Konsep Double Cast yang Segar
Salah satu keunikan yang dibawa oleh Jakarta Art House dalam produksi ini adalah konsep double cast. Dua aktor berbeda, Andreas Lukita dan Benedict Anupratama, akan memerankan tokoh utama, Frank Abagnale Jr., dengan kombinasi yang berbeda bersama Bukie Mansyur dan Andovi Da Lopez sebagai Carl Hanratty. Konsep double cast ini menawarkan pengalaman yang berbeda dalam setiap penampilan, mengundang penonton untuk melihat bagaimana karakter-karakter ini dihidupkan dengan berbagai interpretasi unik dari masing-masing aktor.
Menurut Fadli Hafizan, produser dari produksi ini, tujuan dari konsep double cast adalah menghadirkan variasi emosi yang lebih kaya di setiap pertunjukan. Dengan dua pemeran berbeda untuk satu karakter, penonton dapat menyaksikan warna-warna baru dalam cerita, menjadikan pertunjukan lebih menarik dan dinamis. Hal ini jarang dilakukan di produksi teater Indonesia dan menjadi bukti bahwa Jakarta Art House berani mengambil risiko untuk menghadirkan kualitas dan variasi dalam seni pertunjukan.
Teater yang Mengusung Nilai Keluarga dan Refleksi Diri
Diadaptasi dari kisah nyata Frank Abagnale Jr., seorang penipu ulung yang berhasil mengelabui bank, perusahaan, dan pemerintah dengan kecerdasannya, “Catch Me If You Can” bukan hanya tentang aksi menegangkan tetapi juga tentang konflik batin seorang anak yang ingin mendapatkan perhatian ayahnya. Momen yang tepat mengangkat kisah ini, karena Jakarta Art House juga menghubungkan tema tersebut dengan Hari Ayah Nasional pada 12 November, memberikan sentuhan relevansi lokal yang kuat.
Sebagai bagian dari peringatan Hari Ayah, pertunjukan ini juga menyertakan program ‘Relung Rasa’, sebuah eksperimen sosial yang memberi kesempatan bagi penonton untuk mengekspresikan perasaan terdalam mereka terkait penyesalan, kejujuran, dan kesempatan kedua. Penonton diajak membawa orang-orang terdekat, seperti ayah, keluarga, atau sahabat, untuk merenungkan pesan moral dari kisah Frank Abagnale, yang merindukan figur ayah dalam hidupnya. Inisiatif ini adalah pendekatan inovatif yang mengajak penonton untuk berpartisipasi dan mengalami cerita secara langsung, melampaui batas panggung dan menyentuh pengalaman pribadi.
Proses Audisi yang Kompetitif dan Dedikasi Tinggi Para Pelaku Teater
Untuk sebuah produksi besar seperti “Catch Me If You Can: The Musical”, Jakarta Art House tidak main-main dalam seleksi para pemainnya. Mulai dari audisi online melalui Instagram hingga audisi offline yang diadakan di Studio Tari, Salihara Art Center, jumlah peserta bahkan melebihi target, mencapai 178 orang. Proses seleksi yang ketat ini melibatkan 8 juri dengan berbagai keahlian, dari sutradara, pengarah vokal, hingga koreografer. Proses audisi ini menunjukkan antusiasme luar biasa dalam komunitas seni pertunjukan di Indonesia dan memperlihatkan tingginya standar yang ditetapkan oleh Jakarta Art House.
Para peserta audisi tidak hanya dinilai dari kemampuan bernyanyi dan menari, tetapi juga dari kemampuan akting mereka, menunjukkan seberapa dalam mereka bisa menghidupkan karakter yang diberikan. Proses ini diperkuat dengan sesi callback berupa workshop intensif, memberikan peserta kesempatan untuk mendalami karakter mereka. Workshop ini mencerminkan dedikasi Jakarta Art House untuk menghasilkan pertunjukan berkualitas, dan memastikan bahwa setiap pemain memahami cerita secara mendalam.
Membangun Seni Pertunjukan di Indonesia: Sebuah Tanggung Jawab dan Komitmen
Produksi “Catch Me If You Can: The Musical” oleh Jakarta Art House menandai sebuah tonggak penting dalam perkembangan seni teater di Indonesia. Dalam industri yang sering kali kesulitan untuk mendapat dukungan finansial dan infrastruktur, Jakarta Art House membuktikan bahwa kolaborasi komunitas teater dan dukungan media mampu menciptakan produksi besar yang berkualitas. Dengan mengangkat kisah internasional yang relevan dan memadukannya dengan pendekatan lokal melalui program sosial, produksi ini mencerminkan keberanian dan komitmen untuk membawa seni pertunjukan Indonesia ke tingkat yang lebih tinggi.
Selain itu, dengan memberikan harga spesial bagi komunitas dan media, Jakarta Art House mendorong aksesibilitas yang lebih luas bagi masyarakat untuk menikmati dan mendukung teater. Langkah ini tidak hanya memperkuat basis penonton teater, tetapi juga membuka ruang bagi generasi muda untuk lebih terlibat dalam seni pertunjukan.
Menjawab Tantangan dan Masa Depan Teater di Indonesia
Dengan “Catch Me If You Can: The Musical”, Jakarta Art House bukan hanya menghadirkan hiburan, tetapi juga sebuah tantangan bagi ekosistem seni pertunjukan Indonesia untuk terus berkembang. Apakah produksi ini dapat menjadi inspirasi bagi komunitas lain untuk berani bereksperimen dan meningkatkan kualitas produksi teater lokal? Apakah kolaborasi komunitas dan media dapat terus terjalin untuk mendukung karya-karya teater selanjutnya?
“Catch Me If You Can” adalah bukti bahwa dengan komitmen tinggi, inovasi, dan kolaborasi yang tepat, seni pertunjukan di Indonesia bisa bersaing di level internasional. Jakarta Art House memberikan panggung bagi teater untuk bertumbuh menjadi lebih besar dan lebih berani. Jika ini menjadi standar baru, masa depan teater Indonesia mungkin akan menjadi lebih cerah, penuh karya-karya berkualitas yang mampu memukau, menginspirasi, dan menyentuh hati penonton dari berbagai kalangan.