Bye, Email! Gen Z Lebih Memilih Collaboration Tool
Mereka yang lahir di antara 1996 sampai 2012 atau yang lebih akrab disebut dengan Generasi Z, kini memiliki peran yang sangat besar dalam menentukan tren dan lifestyle untuk beberapa tahun ke depan, yang nantinya juga akan memengaruhi aspek bisnis.
Terlahir di era yang serba digital membuat Gen Z menjadi lebih cepat beradaptasi dengan teknologi yang telah ada. Di sisi lain, kemudahan dan kenyamanan dalam mengakses informasi dan menyelesaikan pekerjaan yang dirasa sudah cukup bagi generasi-generasi sebelum Gen Z, ternyata sudah membuat generasi ini lelah.
Email dan Microsoft Office yang dulunya menjadi perangkat utama dalam melaksanakan pekerjaan, kali ini telah beralih ke Google G Suite atau yang saat ini telah berganti nama menjadi Google Workspace. Email memiliki fungsi yang terbatas dan hanya dapat diakses oleh pemilik akun, sedangkan Google Workspace sebagai collaboration tool berfungsi jauh lebih baik dalam menunjang efisiensi kinerja sebuah tim.
Sebuah survei menunjukkan bahwa email masih dianggap sebagai collaboration tool yang efektif bagi mereka yang berusia 30 tahun ke atas, akan tetapi, generasi z merasakan hal yang sebaliknya. Berdasarkan survei tersebut, lebih dari 50 persen masyarakat berusia di bawah 30 tahun memilih memakai Google Workspace.
Email masih dianggap sebagai collaboration tool yang efektif bagi mereka yang berusia 30 tahun ke atas, akan tetapi, generasi Z merasakan hal yang sebaliknya.
Selain karena akses dan fungsi yang terbatas, banyak orang merasa email juga menjadi sumber stres mereka. Inbox email seseorang seringkali tidak hanya berisi tentang masalah pekerjaan, namun juga beberapa newsletter dan juga subscription notice. Sebuah riset pada tahun 2017 menunjukkan bahwa di US sendiri, para pekerja di sana memiliki setidaknya rata-rata 199 email yang belum dibaca yang akhirnya menghambat produktivitas mereka.
Melihat fungsinya dalam dunia kerja, email memang cenderung memperlambat dan melelahkan apabila dijadikan sebagai cara berkomunikasi yang utama, namun hal ini belum menjadi tanda bahwa email sudah ditinggalkan. Forbes menulis bahwa email masih akan banyak digunakan setidaknya sampai tahun 2023, yang mungkin terjadi adalah fungsinya yang sudah jauh beralih dari sebagai sarana komunikasi utama dalam bekerja menjadi sarana komunikasi di luar pekerjaan yang sifatnya sesekali.