WHY: Eksplorasi Ide dan Medium Seni

Berasal dari Solo, tahun ini Aditya Novali menggelar pameran tunggal di kampung halamannya. Sebelumnya ia juga telah memamerkan karya seni yang ia buat di berbagai negara termasuk Swiss, Singapura, Hong Kong, Italia, dan tentunya Indonesia. Berlokasi di Tumurun Museum, Surakarta, Aditya menghadirkan pameran seni berjudul WHY. Pameran ini menampilkan delapan project karya instalasi seni yang sudah pernah dirinya pamerkan sebelumnya. 

Judul pameran, WHY, sendiri adalah penggambaran dari situasi dunia saat ini yang tengah beradaptasi dengan Covid-19. WHY yang dapat berarti “kenapa” adalah pertanyaan yang juga kerap hadir dalam beberapa waktu terakhir. Pemilihan warna hijau yang dominan juga menggambarkan green screen yang sangat sering kita pakai karena pandemi.

Aditya mengungkapkan awalnya ia justru tidak terlalu suka warna hijau, dirinya lebih menyukai warna-warna yang lebih vibrant seperti merah atau kuning. Setelah ia kulik lebih dalam ternyata warna hijau dapat menggambarkan banyak hal mulai dari alam lewat logo Greenpeace, sosial politik dari green book sebagai buku panduan perjalanan bagi ras kulit hitam Amerika pada masa itu, hingga warna dollar yang menggambarkan situasi finansial.

Terdapat dua poin yang menjadi perhatian Aditya dalam memillih karya seni yang ditampilkan pada pameran tunggalnya ini. Pertama ia ingin membuat ini sebagai homecoming exhibition juga sekaligus pengenalan bagi masyarakat Solo yang mungkin belum terlalu familiar dengan karya dan juga dirinya secara personal. Kedua, saat memilih karya, Aditya ingin membuat karya tersebut bisa terlihat dominan. Dirinya berharap para pengunjung yang hadir dapat melihat keberagaman dan pertumbuhan karyanya mulai dari proses riset hingga eksekusi.

Dalam berkarya, Aditya Novali selalu mengambil ide dan inspirasi dari sesuatu yang sederhana dan bisa dengan mudah ditemui. Menurutnya, dari kesederhanaan yang kita hadapi sebenarnya justru bisa mengarahkan kita pada hasil karya yang lebih kompleks. Hal ini dapat mencerminkan bagaimana budaya masyarakat di suatu negara sekaligus juga menentukan identitas kita.

“Saya selalu mengambil ide dari hal-hal yang sedehana. Secara tidak sadar kita bawa ke mana-mana. Mulai dari kritik sosial, pencarian identitas, sampai ke bagaimana saya mengeksplorasi ide dan medium. Jadi, tidak ada spesifik dari awal ditentukan mau ke mana. Secara natural topik dalam karya saya berkembang,” Terang Aditya Novali.

Secara garis besar pameran seni tunggal, WHY, bertujuan untuk menampilkan keberagaman metode yang Aditya lakukan. Berdasarkan metode riset yang diterapkan, mulai dari bagaimana sebuah ide bisa akhirnya menghasilkan project instalasi seni yang bisa dinikmati semua orang. 

Akan ada delapan karya seni yang dihadirkan dalam pameran WHY antara lain, Conversation Unknown, Painting Sense, Caprice, When I Search…, Significant Other: Her and His World(s), NGACO: Solution for Nation, Tea: One Ceremony, dan Structures of Representation. Kedelapan karya tersebut dirasa cukup tepat untuk menggambarkan perjalanan artistik Aditya Novali yang memiliki latar belakang pendidikan arsitektur dan desain produk konseptual yang kini menjalankan karirnya sebagai seniman.

“Bagi teman-teman yang nantinya hadir di pameran saya di Solo, saya berharap bisa datang dan menikmati. Kita juga menyiapkan beberapa medium yang orang juga bisa explore dari beberapa karya itu. Jadi, selain fisik pameran karyanya, audiens juga bisa menonton video manifesto yang orang bisa lihat. Sehingga, orang yang belum familiar dengan cara saya berkarya bisa lihat pengenalan singkatnya juga,” Tambahnya.

Pameran WHY di Tumurun Museum akan berlangsung mulai dari 26 Maret hingga 26 September 2022 mendatang. Untuk bisa berkunjung, kamu bisa melakukan registrasi secara online di situs Tumurun Museum yang dapat dilakukan secara gratis. 

Setelah ini Aditya juga sedang mempersiapkan project terbaru yang akan dijalankan pada tahun 2023 mendatang. Dirinya mengungkapkan belum bisa membagikan informasinya secara detail namun mengungkapkan bahwa akan menjadi project yang berbeda dengan apa yang ia lakukan selama ini. 

Previous
Previous

The Future of Us: Kompetisi Seni Untuk Kreator Indonesia

Next
Next

Bisnis Produk Sehat Untuk Anabul