Welcome on Board, Gen Z! Sambut si Digital Savvy dalam Perusahaan
Sebagai generasi yang lahir di antara tahun 1996 hingga 2012, angkatan awal dari Gen Z kini sudah mulai memasuki masa peralihan dari seorang pelajar menjadi pekerja. Hal ini juga mulai dialami oleh banyak perusahaan, terutama perusahaan yang bergerak di industri kreatif. Sebagai generasi yang terlahir bersamaan dengan perkembangan teknologi, Gen Z tentu memiliki gaya tersendiri dalam dunia kerja.
Gen Z adalah generasi yang lahir di tengah banyaknya otomatisasi sistem. Hal ini menyebabkan pekerjaan yang dirasa terlalu repetitif dan tidak memerlukan inovasi sudah mulai tergantikan oleh teknologi. Dunia kerja telah banyak mengalami perubahan, hal ini juga memicu tingginya kompetisi yang harus dirasakan Gen Z untuk bisa mendapatkan pekerjaan. Banyak anggapan yang beredar bahwa Gen Z terlalu mudah berpindah dari satu perusahaan ke perusahaan lain. Mungkin karena bosan atau mengejar peluang yang lebih baik.
Lantas apa cara yang bisa dilakukan oleh perusahaan untuk bisa bekerjasama dengan Gen Z secara optimal?
Pertama tentu kita perlu memahami bagaimana cara pandang Gen Z dalam melihat sebuah pekerjaan. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Deloitte pada 1.531 responden di Amerika Serikat, daripada berusaha menyesuaikan diri dalam satu pekerjaan Gen Z lebih memilih untuk bekerja di tempat yang mampu mengoptimalkan skill yang mereka miliki.
Maka, organisasi atau perusahaan kini perlu meramu tanggung jawab yang akan diemban Gen Z berdasarkan skill yang telah dikurasi melalui proses rekrutmen. Gen Z bukan lah manusia yang sepenuhnya berbeda dengan generasi-generasi sebelumnya, tetapi memang cara pandang dalam melihat pekerjaan akan selalu bergeser seiring dengan perkembangan zaman.
Memang bagi Gen Z gaji atau insentif akan tetap memiliki peran penting sebagai bahan pertimbangan untuk bekerja namun generasi ini juga memiliki value personal yang harus sejalan dengan perusahaan.
Jika berbicara mengenai cara kerja, Gen Z lebih memilih pekerjaan individual daripada tim tapi tetap menghargai pertemuan fisik. Ini juga yang membuat tren work from cafe menjadi banyak digemari, karena walaupun mereka mengerjakan tugas yang berbeda kehadiran orang lain tetap penting. They prefer independence but no isolation.
Nah, setelah mulai memahami sudut pandang Gen Z, mari kita bahas apa yang bisa dilakukan oleh perusahaan untuk bisa mengoptimalkan kemampuan Gen Z dalam bekerja. Bersamaan dengan perubahan gaya kerja pada generasi sekarang, cara perusahaan dalam mengelola sumber daya manusia juga harus ikut berkembang.
Salah satu model yang bisa digunakan adalah access, curate, engage. Access, artinya perusahaan atau organisasi harus memahami kapabilitas yang dimiliki. Meliputi sumber daya manusia dan ekosistem kerja. Curate, adalah tentang usaha perusahaan menyediakan kesempatan terbaik untuk pengembagan diri bagi karyawan. Serta engage, yang dimaknai sebagai usaha perusahaan untuk berinteraksi sekaligus membangun hubungan yang cukup kuat dengan individu-individu yang terlibat di perusahaan.