Stop Pakai Emoji π β Kalau Tidak Mau Dibilang Nggak Keren
Setiap generasi memiliki cara berkomunikasi yang berbeda-beda. Misalnya saja Gen X yang lebih menyukai komunikasi secara verbal dibandingkan tertulis. Atau Gen Z yang lebih sering menggunakan emoji-emoji untuk mengungkapkan perasaannya. Sementara Gen Y β atau milenial β yang berada di tengah-tengah umumnya mengombinasikan teks dengan emoji untuk berkomunikasi.
Namun ternyata ada beberapa emoji β yang sering digunakan oleh generasi milenial β yang dianggap oleh Gen Z ketinggalan zaman atau βuncoolβ.
Perdebatan ini bermula di media sosial TikTok di mana para Gen Z menyebutkan hal-hal yang mereka rasa sudah tidak lagi keren. Salah satunya adalah emoji π yang seringnya digunakan oleh para milenial β termasuk saya!
Dikutip dari CNN Business, Gen Z merasa bahwa emoji tertawa tersebut terlalu banyak digunakan oleh βorang tuaβ seperti kakak atau orangtua mereka hingga kebanyakan dari mereka berhenti menggunakan emoji tersebut.
Bagi kebanyakan Gen Z di Amerika Serikat, mereka sekarang menggunakan emoji tengkorak π sebagai pengganti emoji tertawa untuk menandakan hal yang sangat lucu. Emoji tengkorak ini menyampaikan pesan βIβm deadβ atau βIβm dyingβ β yang bermakna βsangat lucu hingga mereka ingin matiβ.
Beberapa responden lainnya yang diwawancarai oleh CNN Business juga menyampaikan keresahan yang sama. Menurut Xavier Martin yang berusia 17 tahun, emoji π terasa hambar dan tidak digunakan oleh generasi muda. Ditambahkan oleh Stacy Thiru (21), alternatif lain untuk menggantikan emoji tersebut adalah dengan menggunakan emoji menangis π yang lebih menunjukkan emosi dan dramatis.
Emoji π yang secara formal dikenal sebagai βFace with Tears of Joyβ merupakan emoji yang paling banyak digunakan menurut Emojitracker, sebuah situs yang mendata penggunaan emoji di media sosial Twitter. Emojipedia juga mencatat penggunaan emoji tersebut sebagai emoji terpopuler di 2020, sementara emoji π yang diberi nama formal βLoudly Crying Faceβ menduduki peringkat kedua.
Menurut Gretchen McCulloch, seorang ahli linguistik internet dan penulis buku Because Internet: Understanding the New Rules of Language, emoji Tears of Joy menjadi korban sebuah kesuksesan. Masih menurutnya, jika emoji tertawa tersebut digunakan di ranah digital selama bertahun-tahun, ia menjadi kehilangan makna dan terlihat tidak tulus. Atas alasan itu Gen Z memilih untuk mencari ikon baru untuk menyampaikan emosi tertawa.