Skena Bisnis Kuliner Setelah Pandemi

Skena bisnis kuliner di Indonesia khususnya Jakarta semakin beragam mengikuti perkembangan teknologi dan zaman. Tidak hanya sebagai pemenuh kebutuhan primer, bisnis kuliner kini juga menjadi bagian dari gaya hidup. Salah satu sesi dalam IdeaFest mengangkat tema How to Build a Lifestyle Business For The New Generation”, membahas mengenai bagaimana cara mengembangkan bisnis makanan sebagai bisnis gaya hidup. Menghadirkan Jennifer Karjadi (Director of Marketing & PR and Co-Founder of Union Group) dan Michael Kilian (Co-Owner dari Zodiac dan Marketing Director dari Hypebeast Indonesia) sebagai narasumber dalam perbincangan tersebut.

Setiap pelaku usaha memiliki tahapan sendiri dalam memulai usaha. Ada yang mulai dari penemuan lokasi, ada pula yang mulai dari ide konsep terlebih dahulu. Union Group, umumnya mulai dari pencarian lokasi terlebih dahulu, baru setelahnya merumuskan konsep yang sesuai. Di lain sisi, Zodiac terbentuk dimulai dari ide berawal dari pop-up club, baru setelahnya menemukan lokasi yang juga dianggap cocok dan strategis.

Salah satu poin penting yang tidak dapat dipisahkan dari bisnis adalah strategi marketing yang digunakan. Branding is everything. Setiap elemen dari brand mulai dari nama, logo, konsep desain, hingga nuansa tempat merupakan bagian dari branding. Posisi branding saat ini sudah setara dengan bahan baku di dapur. Terlebih dengan strategi marketing yang berkembang melalui media sosial sekarang ini. Poin utama dalam branding sekarang adalah storytelling yang baik. Tren bisnis kuliner sekarang ini sudah sangat berkembang hampir seperti industri fashion. Era yang serba instan sekarang ini semua orang bisa membuat branding melalui media sosial, perkembangan industrinya juga menjadi lebih semarak dan menarik.

Jika berbicara soal tren dalam bisnis kuliner ini menjadi peluang juga sekaligus tantangan. Hal terpenting yang harus diperhatikan para pelaku bisnis kuliner adalah memahami dengan benar identitas usaha yang dijalankan. Mengikuti tren jelas penting untuk tetap relevan dengan para audiens tanpa lantas melupakan identitas dari brand,

“Kalau ngomongin mengikuti tren jelas sekarang penting banget, untuk bisa tetap relevan. Semua serba instan dan cepat tapi balik lagi menurut saya penting untuk tahu brand kita apa dan apakah story kita cocok. Selain itu kita juga harus siap untuk jadi pioner, jadi tidak selalu menunggu tren,” jelas Michael Kilian.

Perubahan tren dalam industri kuliner dalam 5 tahun terakhir juga turut dipengaruhi dari hadirnya layanan ojek online. Dulu mungkin pemahaman kita saat ingin makan enak artinya kita harus pergi ke restoran, sekarang semua orang bisa memilih hidangan yang mereka suka dari rumah,

“Tamu kita juga berubah. Dibandingkan 14 tahun lalu saat kita mulai, sekarang market lebih teredukasi dalam hal referensi mereka terhadap makanan. Market sekarang sudah lebih tahu makanan apa yang enak dan apa yang tidak. Sekarang tidak mungkin mengiming-imingi pelanggan hanya dengan strategi marketing saja,” Ungkap Jennifer Karjadi.

Pandemi juga secara tidak langsung berperan dalam mengubah pola bisnis kuliner di seluruh dunia termasuk Indonesia. Salah satu poin yang bisa diperhatikan bagi para pelaku bisnis kuliner diantaranya adalah membangun komunitas yang solid. Ketika pandemi mulai terjadi banyak sekali usaha yang terpaksa gulung tikar, beberapa yang masih bertahan hingga sekarang adalah brand yang memang memiliki dukungan community yang kuat. Poin lainnya bagi pelaku bisnis kuliner adalah outdoor space. Kendati pun sekarang kita sudah mulai banyak beraktivitas di luar rumah, banyak orang yang masih khawatir jika harus berkumpul di dalam ruangan tertutup maka tempat makan luar ruangan menjadi salah satu peluang yang bisa diperhatikan.

Previous
Previous

SVH Keluarkan Koleksi Terbaru Merefleksikan Cuaca Ekstrem

Next
Next

Thinking*Room Rilis Buku Desain dalam Meninjau kembali 15+ Tahun Pendiriannya