Otniel Tasman: Seni, Identitas, dan Perlawanan

Bagi Otniel Tasman, tari bukan sekadar gerakan tubuh tetapi juga bentuk ekspresi, perlawanan, dan bahkan spiritualitas. Sebagai seniman yang mendalami Lengger Lanang, tarian tersebut ia jadikan medium untuk menggali makna lebih dalam tentang identitas dan budaya. Ia tidak hanya menari di panggung, tetapi juga menantang batasan sosial yang telah lama membatasi seni dan ekspresi gender di masyarakat.

Sebagai anak yang lahir dan besar di lingkungan Kristen Protestan yang konservatif, jalan Otniel menuju posisinya saat ini tidaklah mudah. Harapan keluarga agar ia menjadi pendeta bertabrakan dengan panggilan hati sebagai seniman tari. Namun, ketertarikannya terhadap seni tari terlalu kuat untuk dibendung. Dari kecil, ia kerap menyaksikan latihan tari di dekat rumahnya hingga akhirnya ia mulai mempelajari tarian secara mendalam.

Lengger Lanang sendiri adalah bentuk tari khas Banyumas yang memiliki sejarah panjang. Secara tradisional, Lengger dimainkan oleh laki-laki yang menari dengan gerakan feminin, membaurkan ekspresi maskulin dan feminin dalam satu pertunjukan. Tarian ini telah menjadi bagian dari identitas budaya Banyumas, tetapi juga sering mendapat stigma dan tantangan dari masyarakat yang belum sepenuhnya memahami maknanya.

Lengger bagi Otniel bukan sekadar gerakan tari yang diwariskan dari generasi ke generasi. Di balik gemulai tubuh penarinya, terdapat lapisan sejarah, spiritualitas, dan politik identitas yang kuat. "Aku belajar banyak dari Lengger, bukan hanya soal tari, tapi juga tentang karakter masyarakat Banyumas. Aku menangkap bagaimana kebudayaan ini berkembang, dan bagaimana nilai-nilai egaliter Banyumas tercermin dalam Lengger itu sendiri," tuturnya.

Perjalanan Otniel dalam mendalami Lengger Lanang membawanya bertemu dengan maestro Dariah. Dari sosok maestro ini, ia tidak hanya belajar teknik menari, tetapi juga memahami filosofi hidup seorang Lengger. "Aku belajar bukan hanya dari bagaimana beliau menari di atas panggung, tetapi juga dari kesehariannya—cara ia berbicara, berpakaian, bahkan makan," ujarnya. Pertemuan ini mengubah cara pandangnya terhadap tarian. Ia menyadari bahwa Lengger bukan sekadar pertunjukan di atas panggung, melainkan sebuah cara hidup yang menyatu dengan keseharian.

Bagi Otniel, tubuh adalah medium yang lebih jujur dibanding kata-kata. Setiap gerakan dalam tarian bukan hanya soal estetika, tetapi juga menjadi bentuk perlawanan—baik terhadap konstruksi gender maupun terhadap cara pandang masyarakat yang masih sering menempatkan seni dalam batasan-batasan tertentu. Ia tidak ragu mengeksplorasi Lengger dengan sentuhan modern, seperti memasukkan unsur musik dangdut, noise, hingga metal. Baginya, inovasi dalam seni tidak berarti meninggalkan akar tradisi, melainkan memperluas maknanya agar tetap relevan dengan perkembangan zaman.

Namun, pendekatan eksperimental ini tidak selalu diterima dengan mudah. Di Indonesia, tarian seperti Lengger masih kerap diasosiasikan dengan isu gender dan seksualitas—topik yang hingga kini masih dianggap sensitif oleh sebagian masyarakat. Meski demikian, Otniel tetap teguh pada visinya. "Orang seringkali terlalu fokus pada aspek gender dan seksualitas, padahal Lengger lebih dari itu. Ini adalah bagian dari kebudayaan yang memiliki nilai spiritualitas dan sejarah yang kaya," tegasnya.

Melalui karyanya, Otniel ingin menyampaikan pesan bahwa berkesenian bukan sekadar soal melestarikan tradisi, tetapi juga tentang berpikir kritis dan terus berinovasi. Ia percaya bahwa seni harus terus hidup dalam keberagaman—baik dalam bentuk tradisional maupun melalui eksplorasi yang lebih eksperimental.

Harapannya, generasi muda tidak hanya mengagumi seni tari sebagai sesuatu yang indah secara visual, tetapi juga memahami nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Dengan begitu, kesenian seperti Lengger tidak hanya bertahan sebagai warisan budaya, tetapi juga berkembang dan tetap relevan bagi zaman ini dan masa depan.

Previous
Previous

Third-Wave Street Food: Transformasi Kuliner Jalanan ke Era Baru

Next
Next

Geometry Selects: Pilihan Hampers Lebaran Unik dan Berkesan