Galura Tropikalia: Ajakan Menikmati Musik Bernuansa Tanah Pasundan dari The Panturas
Apa jadinya kalau rock bercampur dengan budaya Sunda? The Panturas punya jawabannya lewat mini album terbaru mereka, “Galura Tropikalia!”
Album ini berisi 6 lagu dengan lirik dan aransemen bernuansa Bumi Pasundan, yang dikemas modern dan asyik buat anak muda. Para personel atau yang biasanya akrab disebut dengan istilah “awak kapal” The Panturas kembali berpetualang dan menghadirkan 6 lagu yang lekat dengan budaya Sunda, mulai dari lirik hingga aransemen musik. Tidak tanggung-tanggung, dalam track bertajuk “Jimat” mereka mengajak musisi pop Sunda legendaris, Doel Sumbang, untuk ikut berkolaborasi.
Mencoba menghidupkan kembali budaya Tanah Pasundan sebagai kampung halaman pada awak kapal The Panturas, proses kreatif mini album kali ini menjadi sebuah perjalanan yang sangat eksploratif. Proses penulisan lirik jadi salah satu faktor yang dianggap menantang dan rumit. Rizal Taufik, Gitaris The Panturas, mengungkapkan kendati menantang, dirinya merasa terbantu dengan penggunaan Bahasa Sunda yang dipilih lantaran ingatan masa kecil yang lekat dengan jampi, pupuh, dan dongeng sunda kuno.
“Saya merasa banyak sekali hal baru yang kami bisa temukan, kami banyak melakukan eksplorasi dan pola-pola baru. Hal paling besarnya adalah ternyata kami bisa membelokkan arah musik yang kami mainkan ini ke area yang sangat familiar dengan tanah kelahiran kami yaitu Bumi Pasundan,” Tutur Surya Fikri, Drumer The Panturas.
Terangkum dalam durasi 21 menit, mini album ini terdiri dari 6 track, yakni; “Khodam Buntut Lutung”, “Lasut Nyanggut”, “Sangsara in Cumbia”, “Jimat”, “Talak Tilu”, dan “Béntang Sagara”. The Panturas juga menggubah kembali lagu “Talak Tilu” ciptaan Kosman Jaya yang sebelumnya dipopulerkan oleh Upit Sarimanah. Membawa nuansa musik sunda agar dapat dinikmati oleh anak muda dengan budaya nongkrong generasi saat ini. Tetap dengan ciri khas musik The Panturas dengan Synthesizer dan Terompet Pencak khas sunda, lagu “Talak Tilu” menjadi lebih segar dan mudah diterima generasi yang lebih muda.
Track “Béntang Sagara” juga tidak kalah menarik. Diciptakan sebagai tribute dan bentuk kecintaan The Panturas pada musik pop Indonesia di era album kompilasi LCLR 1978. Berkolaborasi dengan lirik berbahasa Sunda, dipadu dengan nuansa musik pop Indonesia 80-an. Membawa para pendengar untuk nostalgia melalui aransemen musik yang diberikan. Lagu satu ini bisa jadi soundtrack yang menyenangkan saat berlibur ke pantai bersama kawan, pasangan, atau keluarga.
“Beruntungnya, penulisan dan produksi lagu ini dibantu oleh Ricky Virgana yang memang sudah mumpuni di area itu. Kami mencari jalan tengah di antara musik disco dan gitar becek ala The Panturas. Semoga albumnya bisa diterima dan pendengar The Panturas hari ini masih tetap bisa menikmati musik kami tanpa kendala perbedaan bahasa,” Jelas Surya Fikri yang juga akrab disapa Kuya.
Mini album “Galura Tropikalia” sudah bisa didengarkan di seluruh digital streaming platform mulai tanggal 22 November 2024. The Panturas juga dikabarkan akan segera membawakan mini album satu ini dalam tur dan showcase di depan Anak Buah Kapal dan para penikmat musik Indonesia atau bahkan luar negeri.
Friends of Geometry sudah mendengarkan mini album terbaru dari The Panturas belum?