3 Brand Lokal yang Hadirkan Kemasan Ramah Lingkungan
Kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan kini diikuti dengan perubahan sikap masyarakat untuk mengonsumsi produk-produk ramah lingkungan. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Katadata Insight Center, dari 3.631 responden, sebanyak 60,5% membeli produk ramah lingkungan karena ingin melestarikan bumi.
Tentunya keinginan untuk menggunakan produk ramah lingkungan disebabkan oleh terpaan informasi terkait kerusakan lingkungan yang cukup masif di sosial media. Ditambah lagi, berbelanja atau sekedar memesan makanan secara daring juga memberikan sumbangsih sampah plastik yang cukup besar.
Keresahan terhadap isu yang sama membuat beberapa brand B2B yang memberi alternatif bagi para pelaku bisnis untuk lebih aware terhadap lingkungan, terkhusus pada kemasan makanan atau barang.
Papel
Seperti Papel, melihat maraknya kegiatan online shopping yang menggunakan bubble wrap sebagai pelindung kemasan, sampah kemasannya yang dihasilkan turut memberi dampak pada lingkungan.
Papel kemudian menghadirkan Papel Wrap berbahan dasar kertas yang mudah didaur ulang. Papel Wrap menjadi solusi alternatif pelindung kemasan. Tak hanya berguna mengurangi penggunaan sampah plastik, Papel juga ingin memberi kemudahan dalam membungkus paket dengan kertas yang mampu terurai secara natural.
Terbuat dari 90% virgin pulp dan 10% recycled pulp yang membuatnya memiliki struktur yang kuat serta shock absorbent yang baik. Jenis kertas ini menghasilkan lebih sedikit limbah dan lebih hemat energi dalam proses produksinya.
“Tujuan produk kami memberi solusi terhadap kemasan pelindung alternatif dari bubble wrap. tentunya untuk mengurangi jumlah sampah plastik, juga memberi kemudahan dalam membungkus paket. Kedepannya, kami berharap semakin banyak masyarakat yang sadar akan dampak sampah plastik terhadap lingkungan, dan memilih papelwrap sebagai alternatif pembungkus yang lebih ramah lingkungan,” ungkap Michelle dalam keterangan tertulis pada Geometry.
Papel Wrap dari Papel sendiri dibanderol dengan harga 28.000 hingga 1.000.000 rupiah dengan berbagai jumlah lembar dan ukuran.
Plepah
Selain Papel, ada pula Plepah yang telah melihat sendiri bagaimana sampah di lautan bermigrasi, dan melakukan riset terhadap penggunaan kemasan makanan yang didapati sekitar 18 juta/perhari di daerah JABODETABEK.
Menurut Plepah, jika sampah-sampah ini menumpuk atau bermigrasi, tentunya ekosistem akan terganggu, dampaknya dapat berimbas pada perekonomian masyarakat sendiri. Rengkuh Banyu sebagai founder Plepah mengungkapkan pandangannya terhadap pemahaman konsep eco-friendly itu sendiri.
“Saya melihat bahwa eco-friendly di sini adalah sebuah gaya hidup yang memang tidak memberikan kerusakan terhadap lingkungan lebih parah, yang paling penting adalah bagaimana kita bisa menggunakan produk seefisien dan seefektif mungkin sehingga jumlah lepasan karbon dari aktivitas kita sehari-hari itu bisa lebih hemat atau bisa lebih kecil,” terang Rengkuh pada Geometry.
Hal ini mendorong Plepah untuk memanfaatkan pelepah pinang tak terpakai menjadi olahan kemasan makanan yang ramah lingkungan dan dapat terurai secara natural dalam kurun waktu 60 hari. Plepah juga ingin mendorong perekonomian para petani di wilayah produksi Plepah, seperti Sumatera Selatan dan Jambi.
Plepah sendiri saat ini dijual dengan harga 6.000 rupiah/pcsnya, dan 65.000 rupiah untuk satu lusin. Gimana, kamu tertarik nggak nih menggunakan Plepah?
Allas
Pada pertengahan tahun 2021 juga muncul Allas. Allas merupakan sebuah layanan kemasan sirkular yang bertujuan untuk mendorong industri food & beverage guna mulai menghindari penggunaan sekali pakai.
Allas menyuguhkan sistem membership, dimana customer harus berlangganan untuk menggunakan alat makan Allas pada merchant yang bekerjasama dengan Allas dan customer akan mendapatkan pemberitahuan untuk pengembalian tempat makan Allas pada hari Jumat setiap minggunya.
“Kalau dari customer itu menggunakan alat makan cuma harus menjadi member Alas gitu. Membayarkan sejumlah uang, nanti ada depositnya juga termasuk dan itu bisa pakai alas di restoran yang bekerja sama dengan alas,” terang Cindy, Designer & Market Research Allas.
Sayangnya sistem membership yang diberikan Allas masih menggunakan sistem pengembalian secara manual. Namun, Cindy menerangkan bahwa tiap member Allas akan mendapatkan pengingat jadwal pengembalian setiap hari Jumat. Nantinya, tim Allas akan mengirimkan kurir untuk mengambil wadah di rumah member.
Dengan kehadiran berbagai bentuk kemasan yang lebih ramah lingkungan, tentunya diharapkan agar publik bisa mulai mengurangi penggunaan plastik atau kemasan-kemasan sekali pakai yang lebih susah terurai.